Pengendara sepeda motor melaju di
bawah spanduk berisi penolakan terhadap teroris di Desa Pegirikan,
Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah).
Pada pertemuan dengan sejumlah atase pertahanan negara lain di Jakarta, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menuturkan, pemerintah mengklasifikasikan ancaman pertahanan dalam dua bentuk, nyata dan yang belum nyata.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat tersebut berkata, ancaman nyata yang saat ini sedang dihadapi Indonesia adalah terorisme dan radikalisme. "Itu ancaman nomor satu dan terjadi di mana-mana," ujarnya Kamis (21/1).
Ryamizard menuturkan, penduduk dunia tidak perlu khawatir dengan kemungkinan meletusnya aksi teror. Ia menilai, wabah ketakutan yang meluas sebenarnya adalah tujuan dari rentetan aksi kelompok teror dan radikal.
"Ketakutan itulah yang mereka tunggu. Jadi kalau ada kelompok radikal, dimatikan saja, jangan dipelihara lagi," ucapnya.
"Itu jangan dianggap remeh. Ebola tidak ada obatnya. Bahkan dokter dan perawat yang mengobati pasien terjangkit ebola juga meninggal," ucapnya.
Untuk menanggulangi seluruh ancaman tersebut, Kemhan menempatkan bela negara sebagai salah satu strategi utama.
Ditemui pada kesempatan serupa, Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Kemhan Mayor Jenderal Yoedhi Swastono berkata, bela negara dilaksanakan untuk menggalang kewaspadaan warga negara terhadap tindakan-tindakan menyimpang.
"Bela negara bukan untuk menghadapi negara lain, melainkan ancaman yang muncul dari dalam negara sendiri, misalnya radikalisme dan terorisme," ujarnya.
Credit CNN Indonesia