Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Rabu, 14 September 2016
Tsunami Aceh, Jepang...Studi Ini Bukti Bulan Purnama Picu Gempa?
Bulan
purnama tampak dari atap sebuah di Olivera, Spanyol Selatan. Bulan
terlihat lebih besar dari biasanya karena pada saat ini bulan berada
pada titik yang terdekat dengan bumi (REUTERS/Jon Nazca)
CB, Tokyo -
Selama bertahun-tahun sejumlah orang mengaitkan fenomena bulan purnama
dengan bencana. Hal itu bukan tak beralasan, pasalnya beberapa gempa
besar seperti yang terjadi di Chile (2010) dan Tohoku, Jepang (2011)
terjadi pada saat purnama dan bulan baru.
Bahkan, salah satu bencana terbesar di Abad ke-21, gempa dan tsunami
Aceh pada 26 Desember 2004, terjadi 2 pekan sebelum supermoon 10 Januari
2005.
Seorang astrolog, Richard Nolle, meyakini bahwa purnama bisa jadi ‘pemicu’ bencana. “Memiliki kaitan historis dengan badai yang kuat, tsunami, pasang ekstrem, juga gempa bumi,” kata dia.
Terkait dengan hal itu, dalam artikelnya di majalah Horoscope
pada 1979 ia menyebut gravitasi bulan purnama pada jarak terdekat dari
Bumi--supermoon atau purnama perigee--membawa kekacauan di bumi.
Dalam sebuah wawancara dengan ABC Radio pada Rabu 9 Maret
2011, ia meramalkan supermoon ‘ekstrem’ yang akan terjadi pada 10 hari
kemudian -- yang membuat jarak Bumi-Bulan hanya 221.567 mil atau 356.578
kilometer --bakal memicu malapetaka.
Gempa dan
tsunami yang melanda wilayah Tohoku, Jepang, mengakibatkan banyaknya
korban jiwa dan kerugian yang tak sedikit (Foto: Reuters).
Dan 2 hari kemudian, 11 Maret 2011, bumi Jepang berguncang. Lindu
dengan kekuatan 9 skala Richter memorakporandakan kawasan utara Negeri
Sakura, memicu tsunami yang menyapu seluruh kawasan pesisir pantai
Pasifik di wilayah Tohoku.
Tak hanya itu, Nolle juga menyebut sejumlah bencana, yang mungkin kebetulan berdekatan dengan fenomena supermoon.
Ini adalah fakta, entah kebetulan atau bukan: gempa yang
meluluhlantakkan Kota Christchurch, Selandia Baru terjadi pada 22
Februari 2011, tak terlalu jauh dari supermoon 19 Maret 2011.
Gempa 7 yang mengguncang Haiti pada 12 Januari 2010 yang bertanggung
jawab atas kematian lebih dari 200 ribu jiwa terjadi tak lama sebelum
supermoon 30 Januari 2010.
Lalu apakah benar baik purnama biasa maupun purnama perigee
(Supermoon) dapat menyebabkan gempa? Sebuah studi terbaru ternyata
menguatkan dugaan itu.
Kaitan Purnama dengan Gempa Bumi
Peristiwa pasang pada perairan di Bumi yang terjadi pada purnama
disinyalir menambah tekanan ekstra pada patahan Bumi. Selama puluhan
tahun seismolog mencoba memahami apakah tekanan tersebut dapat memicu
gempa.
Secara umum mereka sepakat bahwa pasang tinggi di laut yang terjadi
dua kali sehari dapat mempengaruhi gempa kecil yang bergerak lambat di
sejumlah tempat tertentu, termasuk patahan San Andreas di California dan
zona subduksi Cascadia di pantai barat Amerika Utara.
Namun sebuah studi yang dipublikasi pada 12 September 2016 di jurnal ilmiah Nature Geoscience,
melihat pola lebih besar terkait pasang yang terjadi saat purnama dan
bulan baru. Penelitian itu menyebut, gempa bumi berkekuatan tinggi naik
secara global saat tekanan pasang meningkat.
Penelitian tersebut dilakukan oleh seorang seismolog di Univeristy of
Tokyo, Satoshi Ide, dan rekan-rekannya dengan menyelidiki tiga catatan
gempa yang mencakup Jepang, California, dan seluruh dunia.
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)
Mereka menemukan bahwa gempa besar yang melanda Chile dan Tohoku
terjadi di dekat waktu pasang maksimum--selama bulan baru dan purnama,
di mana Matahari, Bulan, dan Bumi terletak sejajar.
Lebih dari 10.000 gempa bumi dengan kisaran kekuatan 5,5 skala
Richter (SR) yang dimulai saat tekanan pasang tinggi, lebih mungkin
tumbuh menjadi gempa berkekuatan lebih dari 8 SR.
"Ini adalah cara sangat inovatif untuk mengatasi isu yang telah lama
diperdebatkan," ujar seismolog Geological Survey of Canada dan Natural
Resources Canada di Sidney, Honn Kao, seperti dikutip dari Nature, Selasa (13/9/2016).
"Ini memberi kita sejumlah pengertian ke hubungan yang mungkin antara tekanan pasang dan terjadinya gempa besar," imbuhnya.
Pasang air laut di California (Reuters)
Namun Kao menambahkan, penelitian tersebut tak menjadi jawaban akhir
dari isu yang selama ini diperdebatkan. Menurutnya, ada terlalu banyak
faktor yang memicu gempa bumi.
Meski demikian, menurut seorang seismolog di University of
Washington, John Vidale, hasil penelitian itu masuk akal. "Mereka
melakukan penelitian dengan sangat hati-hati," ujarnya.
Menurut Vidale, penemuan tersebut tak mempengaruhi bagaimana
masyarakat harus bersiap dalam menghadapi gempa. Meski dipengaruhi
pasang, kemungkinan terjadi gempa pada hari tertentu pada wilayah rawan
gempa masih sangat rendah.
"Terlalu kecil untuk menjadi dasar perencanaan aksi (penanggulangan gempa)," ujarnya.