Berbeda dengan komentar Presiden
Duterte sebelumnya, Filipina memastikan bahwa latihan militer gabungan
dengan Amerika Serikat akan berlanjut pada 2017. (Reuters/Kham)
Konfirmasi ini disampaikan Menteri Luar Negeri Filipina, Perfecto Yasay pada Kamis (29/9), hanya beberapa jam setelah Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan pada Rabu (28/9) malam di Hanoi, Vietnam, bahwa latihan militer kedua negara sekutu yang dimulai pekan depan akan menjadi yang terakhir digelar.
Yasay menyebut bahwa Filipina tidak ingin memiliki sekutu militer dan ingin berteman dengan semua negara, serta tidak mengasingkan satu negara manapun. Dengan cara seperti itu, ujar Yasay, Filipina akan menyelesaikan sengketa maritim di Laut China Selatan.
Yasay menilai bahwa pernyataan Duterte di Vietnam sebelumnya banyak disalahartikan. Menurut Yasay, Duterte tidak akan menghentikan kerja sama militer dengan AS, hanya patroli gabungan saja.
"Kesepakatan kami akan tetap dihormati dan itulah yang dimaksud oleh presiden," kata Yasay.
Yasay mengatakan bahwa Filipina tidak akan membatalkan Perjanjian Pertahanan Bersama dengan AS tahun 1951. Menurut Yasay, AS tetap merupakan sekutu terdekat Filipina.
Latihan gabungan Pendaratan Amfibi dengan sandi Phiblex akan digelar pada 4-12 Oktober mendatang di Filipina yang merupakan kelanjutan dari latihan tahunan Balikatan pada April lalu yang melibatkan 8.000 personel dari kedua negara.
Komentar Duterte untuk menghentikan latihan gabungan militer dengan AS menambah panjang daftar perseteruan antara Filipina dan AS di bawah kepemimpinannya. Sebelumnya Duterte juga mengatakan akan memulangkan seluruh tentara AS di selatan negara itu.
Pemimpin berusia 71 tahun ini juga sempat menyebut Presiden AS Barack Obama dengan nama "anak pelacur". Perkataan ini membuat Obama membatalkan pertemuan bilateral dengan Duterte di sela KTT Asia Timur September lalu di Laos.
Credit CNN Indonesia