Senin, 26 September 2016

Ribuan Warga Finlandia Memprotes Kelompok Neo Nazi

 
Ribuan Warga Finlandia Memprotes Kelompok Neo Nazi 
 Mengacungkan plakat bergambar simbol perdamaian dan swastika, para pengunjuk rasa mengatakan sudah waktunya untuk memecah keheningan yang membiarkan rasisme dan kekerasan gerakan ultra-kanan tumbuh di Finlandia. (Roni Rekomaa/Lehtikuva/via Reuters)
 
Jakarta, CB -- Lebih dari 1.500 orang turun ke jalan di Helsinki pada Sabtu (24/9) untuk memprotes kekerasan dan rasisme setelah satu orang yang terluka dalam unjuk rasa Neo Nazi pada bulan lalu akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

Korban tersebut diduga meludah di depan kelompok ultra-kanan, Gerakan Perlawanan Finlandia, yang sedang menggelar aksi unjuk rasa anti-imigran.

Pada pekan lalu, kepolisian menahan satu orang anggota Gerakan Perlawanan yang diduga menyerang pria tersebut. Kabar ini pun menyulut amarah warga yang selama ini bungkam.

Mengacungkan plakat bergambar simbol perdamaian dan simbol swastika yang dicoret, para pengunjuk rasa mengatakan sudah waktunya untuk memecah keheningan yang membiarkan rasisme dan kekerasan gerakan ultra-kanan tumbuh di Finlandia.


"Rakyat merasa pembicaraan mengenai rasisme sangat kurang di sini. Terlalu banyak pengabaian. Kami semua harus berbicara lebih banyak mengenai rasisme, termasuk para pemimpin," ujar seorang pengunjuk rasa bernama Rosa kepada Reuters.

Setelah selama ini dikritik karena sangat berhati-hati ketika berkomentar mengenai gerakan ultra-kanan, Julia Sipila selaku Perdana Menteri Finlandia akhirnya ikut serta dalam unjuk rasa serupa di Kota Kuopio.

 
Sentimen anti-imigran mulai meningkat di seluruh Eropa sejak tahun lalu. (Reuters/Attila Cser)

"Rakyat berkumpul di sini karena sebuah alasan. Tindakan oleh gerakan ultra-kanan merupakan kekhawatiran bagi mayoritas negara yang selama ini bungkam," ucapnya kepada lembaga penyiaran publik YLE.

Ia pun mengatakan bahwa pemerintah sedang berencana memperketat regulasi yang mengatur gerakan ekstremis dan ujaran kebencian.

Tahun lalu, kepolisian juga menahan satu orang dalam demonstrasi yang digagas oleh Gerakan Perlawanan. Menurut polisi, orang itu menyerang satu pengamat.

Kisruh ini sebenarnya sudah mulai terjadi sejak tahun lalu, tepatnya ketika gelombang pengungsi membanjiri Eropa sehingga menyebabkan sentimen anti-imigran.

Menanggapi rangkaian demonstrasi ini, sekelompok orang di sudut lain Helsinki juga menggelar aksi unjuk rasa bertajuk "Tutup perbatasan." Menurut mereka, kritik terhadap kebijakan imigrasi seharusnya tak disebut rasis.

Merujuk pada data pemerintah, sekitar 32 ribu pencari suaka, kebanyakan dari Irak, tiba di Finlandia tahun lalu.




Credit  CNN Indonesia