AS jatuhkan sanksi ekonomi yang menyasar perusahaan yang didanai Rusia.
CB,
MOSKOW -- Pemerintah Rusia mengatakan sanksi ekonomi baru yang
diterapkan AS terhadap negaranya bukan pertanda baik bagi hubungan
bilateral kedua negara. Sanksi itu justru berpotensi semakin
merenggangkan hubungan AS-Rusia.
"Kami mempertahankan sikap kami pada langkah-langkah ketat ini
(sanksi). Ini bukan pertanda baik bagi hubungan bilateral," kata juru
bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam sebuah konferensi pers pada Selasa
(14/8).
Kongres AS baru saja menerbitkan rancangan
undang-undang (RUU) bipartisan yang mengatur tentang pembatasan
investasi dalam utang luar negeri Rusia. Rancangan UU itu pun melarang
bank-bank yang dikelola Pemerintah Rusia untuk beroperasi di AS.
Sebelumnya,
AS juga telah mengumumkan akan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap
Rusia. Sanksi yang akan mulai diberlakukan pada 22 Agustus itu membidik
semua perusahaan negara atau perusahaan yang didanai Rusia.
Adapun
alasan AS menjatuhkan sanksi ekonomi terbaru berkaitan dengan dugaan
keterlibatan Rusia dalam aksi penyerangan agen ganda Sergei Skripal di
Salisbury, Inggris, pada Maret lalu. Ia diserang dengan menggunakan agen
saraf Novichok.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan,
sanksi terbaru kemungkinan akan diikuti langkah-langkah yang lebih luas.
Hal itu seperti menangguhkan hubungan diplomatik dan mencabut hak
mendarat Aeroflot, yakni maskapai penerbangan nasional Rusia.
Peskov
menyebut sanksi ekonomi terbaru yang dijatuhkan terhadap negaranya
ilegal dan tak dapat diterima. Menurutnya, sanksi itu akan membuat
Presiden Rusia Vladimir Putin menghentikan pendekatan konstruktif
terhadap AS.
Menurut Peskov, Putin telah lebih dari sekali
menyatakan kesiapannya memperbaiki hubungan dengan AS. "Dan dia telah
menunjukkan pendekatan konstruktif dan kesiapannya menemukan jalan
keluar dari situasi dan pertanyaan-pertanyaan yang sulit," ucapnya.
Dengan
adanya sanksi baru dari AS, ia yakin Putin tak akan mempertahankan
pendekatan konstruktif terhadap AS. "Tidak ada yang meragukan bahwa
Putin tidak akan mempertahankan pendekatan ini," ujar Peskov.
Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia. Hal itu karena AS menyakini Moskow telah menggunakan racun saraf untuk menyerang bekas mata-mata Rusia beserta putrinya di Inggris.
Pejabat
tinggi Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Deplu telah memberi
tahu Kremlin soal sanksi tersebut pada Rabu (7/8). Sergei Skripal,
mantan kolonel pada dinas intelijen militer Rusia, GRU, dan putrinya,
yang berusia 33 tahun, Yulia, ditemukan dalam keadaan tidak sadar di
kota Inggris selatan, Salisbury, pada Maret. Mereka terkapar setelah
cairan mengandung zat saraf jenis Novichok melekat di pintu depan rumah
mereka.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS,
Heather Nauert, mengatakan Deplu berkeyakinan bahwa Rusia menggunakan
senjata kimia atau hayati, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum
internasional. Rusia juga diyakini telah menggunakan senjata kimia atau
biologis terhadap warga negaranya sendiri.