Kamis, 09 November 2017

Setahun Berlalu, Trump Tak Lagi Benci China


Setahun Berlalu, Trump Tak Lagi Benci China
Presiden Trump disambut dengan baik di China dan kini tampak akrab dengan negara yang sempat terus-menerus ia kecam di masa kampanye itu. (Reuters/Jonathan Ernst)


Jakarta, CB -- Bertepatan dengan peringatan setahun pemilihannya sebagai presiden Amerika Serikat, Donald Trump menginjakkan kakinya di negara yang paling sering ia cerca semasa kampanye 2016 lalu.

Dan dia disambut dengan baik: sambutan untuk Trump di Beijing, Rabu (8/11), lengkap dengan anak-anak sekolah yang mengibarkan bendera AS dan China, serta ucapan “aku cinta kamu” yang terlontar untuk orang nomor satu di Amerika itu.

Kedatangannya ke China jelas diwarnai ironi. Namun, hal ini sekaligus menggarisbawahi realitas geopolitik yang mesti dihadapi Trump sebagai presiden—dan bahwa dia belum melakukan langkah-langkah tegas yang selalu ia janjikan semasa kampanye dari satu tempat ke tempat lainnya, dulu.

“Kita tidak bisa terus membiarkan China memerkosa negara kita dan itulah yang mereka lakukan selama ini. Mereka adalah pencuri paling besar dalam sejarah dunia,” ujar Trump dalam kampanye 2016 lalu.

Namun Trump belum menerapkan impor dengan nilai dua digit untuk tarif impor China. Tampaknya, dia sepenuhnya meninggalkan rencananya untuk melabeli China sebagai manipulator mata uang. Dan dia belum membalas kesewenang-wenangan China dalam berdagang, sebagaimana dia janjikan saat kampanye.

Alih-alih, pemerintahan Trump cenderung mengedepankan dialog dengan para pejabat China—terutama pembicaraan langsung dengan Presiden Xi Jinping—daripada pengerahan kekuatan besar yang didapatkan pengusaha properti itu setelah menjabat sebagai kepala negara.


Dilaporkan CNN, hubungan antara keduanya semakin terlihat saat Trump disambut resepsi yang disebut para pejabat China sebagai awal “lawatan kenegaraan plus” dengan serangkaian penampilan teatrikal di Kota Terlarang Beijing.

Trump tampak terus tersenyum dan tertawa, menunjukkan keakraban dengan Xi dan menikmati penampilan yang disuguhkan. Saat jamuan teh, Trump dan Xi tampak semakin mesra menonton video cucu Trump bernyanyi dan membaca puisi kuno berbahasa China.
Presiden Xi Jinping.
Presiden Xi Jinping. (REUTERS/Jason Lee)
“Kami bersenang-senang,” kata Trump kepada wartawan.

Publik China pun mempertanyakan keputusan pemerintah menggelar karpet merah bagi Trump, berbeda dengan Barack Obama yang turun dari tangga pesawat kepresidenan tanpa sambutan meriah ketika berkunjung ke Beijing pada September 2016.

Tak hanya warganet, isu ini juga menjadi sorotan sejumlah pengamat, termasuk ahli hubungan internasional dari Universitas Studi Luar Negeri Beijing, Li Yonghui.

Menurut Li, sambutan ini terlalu berlebihan bagi seorang presiden yang perilakunya sangat sulit ditebak, meski China memang sedang berupaya memperbaiki hubungan dengan AS di bawah pemerintahan Trump.

Mengamini opini Li, seorang ahli dari Harvard University China, Roderick MacFarquhar, pun memperingatkan Beijing agar lebih berhati-hati dalam menyambut Trump.

"Yang paling buruk mengenai dia, dan yang harusnya sangat mengkhawatirkan China, adalah bahwa saya saja tidak yakin Trump mengetahui apa yang akan dia lakukan dari hari ke hari," kata Farquhar kepada Guardian.


Credit  cnnindonesia.com



Xi Jinping dan Trump kunjungi Kota Terlarang


Xi Jinping dan Trump kunjungi Kota Terlarang
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. (ANTARA News/ Reuters)




Beijing (CB) - Presiden China Xi Jinping dan istrinya Peng Liyuan mengundang Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan istrinya Melania Trump ke Palace Museum atau Kota Terlarang di Beijing, saat Trump memulai kunjungan kenegaraannya ke China.

Trump dan Melania Trump tiba di Beijing pada Rabu.

Mereka minum teh sore di Gedung Baoyun, yang juga dikenal dengan sebutan Hall of Embodied Treasures, di sudut barat daya Kota Terlarang.

Dibangun pada 1915, Gedung Baoyun adalah bangunan bergaya Barat di bekas kompleks kekaisaran.

Gedung itu digunakan untuk menyimpan barang antik, tapi sekarang berfungsi sebagai ruang pameran untuk sejarah museum.

Kota Terlarang merupakan bekas kediaman keluarga kekaisaran China selama dinasti Ming (1368-1644) dan Qing (1644-1911), yang juga landmark dan Situs Warisan Dunia UNESCO.

Tempat ini mencakup sekitar 72 hektare dengan total luas lantai sekitar 150.000 meter persegi. Demikian diberitakan Xinhua.





Credit  antaranews.com