Kamis, 09 November 2017

China selesaikan stasiun penelitian antartika kelima pada 2022


China selesaikan stasiun penelitian antartika kelima pada 2022
Ilustrasi stasiun penelitian Antartika. (ANTARA News/ Reuters)


Shanghai (CB) - China berencana untuk menyelesaikan stasiun kelima di Antartika dalam lima tahun ke depan, kata Yang Huigen, Direktur Institut Penelitian Kutub China.

Kapal penelitian China Icebreaker Xuelong akan meninggalkan Shanghai hari ini untuk memulai ekspedisi Antartika ke-34 negara itu.

Salah satu tujuan utama ekspedisi, yang terdiri dari 334 anggota ini, adalah memulai pembangunan stasiun penelitian sepanjang tahun di Pulau Terang di Teluk Terra Nova, Laut Ross.

Pangkalan baru tersebut akan mengisi kekosongan penelitian antartika China sejak stasiun Great Wall dan Zhongshan mencakup berbagai arah, satu arah ke Atlantik dan yang lainnya menuju Samudra Hindia, kata Yang.

Laut Ross, yang menghadap ke Pasifik Selatan mencakup lapisan es terbesar di benua ini dan dianggap sebagai ekosistem laut yang paling tidak terganggu, dengan fauna laut yang kaya.

China juga memiliki stasiun Taishan dan Kunlun, dua stasiun musim panas, di lapisan es di daratan Antartika.

"Kami butuh waktu lima tahun untuk memilih lokasi ini, "kata Yang, menambahkan pernyataan tentang Pulau Tak Terekspresikan itu, meski memiliki kondisi cuaca yang sulit dan lanskap yang kasar, pulau ini memiliki tiga danau air tawar.

Pangkalan baru tersebut akan memiliki fasilitas untuk penyelamatan darurat dan memenuhi kebutuhan para pekerja, termasuk kebutuhan hidup dan staf medis sepanjang tahun.

Stasiun ini juga akan dilengkapi dengan komunikasi satelit, listrik, pasokan air, pemanas dan transportasi termasuk pesawat kecil dan helikopter.

Selama ekspedisi nantinya, para ilmuwan dan insinyur akan mulai membangun dermaga sementara dan tempat penampungan, membongkar mesin dan mengamati lanskap dan perairan sekitarnya, kata Yang.

Ia menambahkan, terdapat habitat Adelie Penguins yang terletak di utara lokasi yang dipilih, berguna untuk studi dampak lingkungan. Demikian diberitakan Kantor Berita Xin Hua.





Credit  antaranews.com