BEIJING - China
bereaksi atas tekanan yang diberikan Amerika Serikat (AS) terkait
dengan Korea Utara (Korut). China menyatakan, masalah Korut bukan
disebabkan oleh China dan untuk menyelesaikan perlu usaha dari
masyarakat internasional.
Presiden AS Donald Trump, kemarin secara gamblang menyatakan kekesalannya terhadap China dianggap tidak bisa mengendalikan sekutu dekatnya, Korut. Trump menganggap Negeri Tirai Bambu itu tidak melakukan apa-apa untuk mencegah Korut meluncurkan rudal balistik antar benua.
Melalui akun Twitternya, Trump memperingatkan bahwa ia tidak akan lagi membiarkan China tidak melakukan apa-apa terhadap Korut. Dalam kritiknya, Trump menghubungkan hubungan dagang China dengan Korut, setelah Korea Selatan (Korsel) mengindikasikan pihaknya akan mempercepat pengerahan sistem pertahanan rudal THAAD yang membuat Beijing murka.
"Isu nuklir Korea Utara tidak muncul karena China, dan bahwa setiap orang perlu bekerja sama untuk mencari sebuah resolusi," kata Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan.
"Semua pihak harus memiliki pemahaman yang benar mengenai hal ini. Masyarakat internasional secara luas mengakui upaya China untuk mencari sebuah resolusi," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (31/7).
Kemlu China juga mengatakan inti dari perdagangan Sino-AS adalah saling menguntungkan, dengan sejumlah besar fakta membuktikan perkembangan bisnis dan hubungan perdagangan yang sehat bagus untuk kedua negara.
Sementara itu Wakil Menteri Perdagangan China Qian Keming mengatakan tidak ada hubungan antara isu Korut dan perdagangan antara China dan AS.
"Kami pikir isu nuklir Korut dan perdagangan China-AS adalah isu yang berada dalam dua wilayah yang sama sekali berbeda, tidak terkait, tidak harus dibicarakan bersama," kata Qian.
Presiden AS Donald Trump, kemarin secara gamblang menyatakan kekesalannya terhadap China dianggap tidak bisa mengendalikan sekutu dekatnya, Korut. Trump menganggap Negeri Tirai Bambu itu tidak melakukan apa-apa untuk mencegah Korut meluncurkan rudal balistik antar benua.
Melalui akun Twitternya, Trump memperingatkan bahwa ia tidak akan lagi membiarkan China tidak melakukan apa-apa terhadap Korut. Dalam kritiknya, Trump menghubungkan hubungan dagang China dengan Korut, setelah Korea Selatan (Korsel) mengindikasikan pihaknya akan mempercepat pengerahan sistem pertahanan rudal THAAD yang membuat Beijing murka.
"Isu nuklir Korea Utara tidak muncul karena China, dan bahwa setiap orang perlu bekerja sama untuk mencari sebuah resolusi," kata Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan.
"Semua pihak harus memiliki pemahaman yang benar mengenai hal ini. Masyarakat internasional secara luas mengakui upaya China untuk mencari sebuah resolusi," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (31/7).
Kemlu China juga mengatakan inti dari perdagangan Sino-AS adalah saling menguntungkan, dengan sejumlah besar fakta membuktikan perkembangan bisnis dan hubungan perdagangan yang sehat bagus untuk kedua negara.
Sementara itu Wakil Menteri Perdagangan China Qian Keming mengatakan tidak ada hubungan antara isu Korut dan perdagangan antara China dan AS.
"Kami pikir isu nuklir Korut dan perdagangan China-AS adalah isu yang berada dalam dua wilayah yang sama sekali berbeda, tidak terkait, tidak harus dibicarakan bersama," kata Qian.
Credit sindonews.com
Rusia: AS Coba Salahkan Moksow dan Beijing Soal Masalah Korut
MOSKOW - Rusia
mengatakan, mereka melihat Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mencoba
mempersalahkan Rusia dan China atas masalah Korea Utara (Korut). Rusia
dan China merupakan dua sekutu dekat Korut.
"Moskow melihat upaya yang tidak dapat dipertahankan oleh perwakilan AS dan beberapa negara bagian lainnya untuk mengalihkan tanggung jawab atas apa yang terjadi di Rusia dan China, dan hampir menyalahkan Moskow dan Beijing karena 'memanjakan' ambisi rudal nuklir Korut," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
Kemlu Rusia menuturkan, mereka sangat khawatir dengan situasi di Semenanjung Korea, setelah Korut kembali melakukan uji coba rudal. Moskow dengan tegas menyebut uji coba rudal ini sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional, dan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB.
"Rusia khawatir dengan situasi di Semenanjung Korea, setelah peluncuran rudal balistik Korut pada tanggal 28 Juli, yang secara terbuka melanggar resolusi yang relevan dari resolusi DK PBB," ungkapnya seperti dilansir Russia Today pada Senin (31/7).
"Namun, pada saat yang sama, AS, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang mendemonstrasikan peningkatan aktivitas militer, dengan Washington terus menerapkan kebijakannya untuk menempatkan sistem pertahanan udara di Korsel," tukasnya.
"Moskow melihat upaya yang tidak dapat dipertahankan oleh perwakilan AS dan beberapa negara bagian lainnya untuk mengalihkan tanggung jawab atas apa yang terjadi di Rusia dan China, dan hampir menyalahkan Moskow dan Beijing karena 'memanjakan' ambisi rudal nuklir Korut," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
Kemlu Rusia menuturkan, mereka sangat khawatir dengan situasi di Semenanjung Korea, setelah Korut kembali melakukan uji coba rudal. Moskow dengan tegas menyebut uji coba rudal ini sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional, dan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB.
"Rusia khawatir dengan situasi di Semenanjung Korea, setelah peluncuran rudal balistik Korut pada tanggal 28 Juli, yang secara terbuka melanggar resolusi yang relevan dari resolusi DK PBB," ungkapnya seperti dilansir Russia Today pada Senin (31/7).
"Namun, pada saat yang sama, AS, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang mendemonstrasikan peningkatan aktivitas militer, dengan Washington terus menerapkan kebijakannya untuk menempatkan sistem pertahanan udara di Korsel," tukasnya.
Credit sindonews.com