Rabu, 12 Oktober 2016

Hubungan Turki-Rusia mencair di tengah kesepakatan gas

 
Hubungan Turki-Rusia mencair di tengah kesepakatan gas
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, saat melambai dari dalam mobilnya ketika meninggalkan kediamannya di Istanbul, di Istanbul, Turki, Minggu (17/7/2016). (REUTERS/Yagiz Karahan)
 
Ankara (CB) - Hubungan Turki dan Rusia mulai mencair, terlihat dari sikap Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang mengenyampingkan perbedaan pendapat di tengah Kongres Energi Dunia ke-23, di Istanbul.

Meskipun memiliki pandangan berbeda tentang Suriah, kedua pemimpin tersebut menandatangani perjanjian antar pemerintah tentang proyek aliran gas alam Turki yang lama tertunda.

Proyek yang diprakarsai Putin pada 2014 tersebut sebagai rute alternatif untuk proyek Aliran Selatan melalui Bulgaria yang dibatalkan, di mana gas dari Rusia akan dikirim ke Turki dan Eropa melalui Laut Hitam.

Proyek tersebut ditangguhkan setelah pesawat perang Rusia jatuh di Turki pada November 2015, namun negosiasi dilanjutkan setelah hubungan Ankara dan Moskow meningkat pada akhir Juni.

Necdet Pamir, ahli energi dan instruktur di Universitas Bilkent, Turki, mengatakan proyek ini kemudian diagendakan kembali, yang membuat kapasitas produksi gas Rusia menurun dari 63 miliar meter kubik (bcm) menjadi 31 bcm, di mana 15,75 bcm dikirim ke Turki dan sisanya dikirim ke Eropa Timur.

Sanksi yang dikenakan oleh AS dan Uni Eropa karena aneksasi Rusia terhadap Crimea, kata Pamir, adalah kekhawatiran utama bagi Putin dalam keputusannya untuk menormalkan hubungan dengan Ankara.

"Dia ingin memasuki pasar potensial Turki dan mengkonsolidasikan perjanjian saat ini," katanya dilansir Xinhua.

Sementara itu, Pamir menambahkan, Erdogan memerlukan pemulihan hubungan dengan Moskow karena berkembangnya ketegangan antara Timur Tengah dan Ankara dengan Uni Eropa dan AS.

Jalur ini akan membuka jalan bagi Rusia untuk mencapai pasar Eropa pada saat Moskow menderita karena sanksi ekonomi dari Uni Eropa atas Semenanjung Krimea.

"Turki adalah tetangga kami dan mitra penting kami. Volume perdagangan kami melonjak menjadi 35 miliar dolar AS pada 2014, tetapi berkurang hampir 40 persen dalam delapan bulan pertama di 2016 dibandingkan periode yang sama 2015 karena krisis diplomatik," kata Menteri Energi Rusia, Alexander Novak, seperti dikutip Harian Hurriyet.

Selain aliran gas Turki, pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu adalah proyek penting lain yang memainkan peran kunci dalam normalisasi hubungan kedua negara.

"Dalam proses normalisasi, energi adalah salah satu bidang utama. Kedua Streaming Turki dan pembangkit listrik Akkuyu adalah proyek penting yang akan menghidupkan kembali hubungan kami," kata Novak.

Hubungan dingin antara Ankara dan Moskow mulai mencair pada Juni ketika Erdogan menulis surat kepada Putin untuk mengungkapkan kesedihan mendalam atas insiden jet.

Hubungan keduanya semakin membaik dengan saling menerima panggilan telepon dan pertemuan antara pemimpin kedua negara.






Credit  ANTARA News