Selasa, 16 Agustus 2016

Dituduh Terlibat Organisasi Teror, Satu WNI Ditahan di Turki

 
Dituduh Terlibat Organisasi Teror, Satu WNI Ditahan di Turki  
Menurut Arrmanatha Nasir, KBRI Ankara telah menemui Wakil Kepala Jaksa Penuntut Umum Pengadilan Gaziantep untuk menyampaikan permohonan agar proses kasus Sdr. HLS dapat dipercepat. (ANTARA FOTO/ho/Suwandy)
 
Jakarta, CB -- Kementerian Luar Negeri mengonfirmasi seorang warga negara Indonesia ditahan di Gaziantep, Turki, atas tuduhan terlibat dalam organisasi teror bersenjata.

"Sdr. HLS ditangkap di Turki oleh aparat keamanan Turki tanggal 3 Juni 2016 dengan tuduhan terlibat dalam 'organisasi teror bersenjata' yang terafiliasi dgn gerakan Hizmet dan/atau gerakan Fethullah Gulen," ujar juru bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir, Senin (15/8).

Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ankara sudah beberapa kali menemui HLS di penjara. Menurut Arrmanatha, penjara itu khusus untuk menampung tahanan kasus politik.

Tak hanya itu, KBRI Ankara juga telah menyewa pengacara untuk melakukan pendampingan hukum. "Selain itu, KBRI juga telah menemui Wakil Kepala Jaksa Penuntut Umum Pengadilan Gaziantep untuk menyampaikan permohonan agar proses kasus Sdr. HLS dapat disegerakan," kata Arrmanatha.

KBRI Ankara dan pengacara tersebut akan terus mengupayakan kunjungan dan memantau perkembangan kasus ini secara berkala. Arrmanatha mengatakan bahwa hingga kini, KBRI Ankara masih menunggu jadwal sidang yang belum ditentukan.

"KBRI Ankara juga secara rutin melakukan komunikasi dengan orang tua Sdr. HLS untuk menyampaikan perkembangan penanganan kasus," tutur Arrmanatha.

Belakangan ini, pemerintah Turki sangat keras terhadap gerakan-gerakan yang terkait dengan Gulen. Mereka menuduh Fetthulah Gulen merupakan otak di balik kudeta yang gagal pada bulan lalu.

Menurut Menteri Kehakiman Turki, Bekir Bozdag, 16 ribu orang yang resmi ditahan adalah bagian dari 26 ribu orang yang ditangkap usai kudeta militer. Sebanyak 6.000 orang yang ditangkap masih dalam proses penyelidikan, sisanya dinyatakan tidak terlibat.

Kudeta militer yang berlangsung bulan lalu berakhir dengan kegagalan setelah Erdogan menyatakan perlawanan. Ribuan rakyat di Istanbul dan Ankara turun ke jalan melawan tentara.

Setidaknya 240 orang terbunuh dan 2.917 terluka dalam percobaan kudeta tersebut.





Credit  CNN Indonesia



WNI yang Ditahan di Turki Dikenal sebagai Pelajar Cerdas


WNI yang Ditahan di Turki Dikenal sebagai Pelajar Cerdas  
Ilustrasi (Thinkstock)
 
Jakarta, CNN Indonesia -- Handika Lintang Saputra, warga negara Indonesia (WNI) yang ditahan Aparat Keamanan Turki sejak 3 Juni 2016 dikenal sebagai sosok pelajar yang cerdas, sehingga banyak kalangan menganggap tudingan pemerintah Turki bahwa Handika terafiliasi Kelompok Gulen terlalu jauh.

Sebelum melanjutkan pendidikan di Universitas Gaziantep, Handika merupakan seroang pelajar SMA Semesta Bilingual Boarding School di Gunung Pati, Kota Semarang. Selama belajar di Sekolah Semesta, putra pasangan Basuki Raharjo dan Supartiningsih, warga Wonosobo, Jateng ini selalu memperoleh nilai yang memuaskan.

Bahkan, khusus untuk pelajaran Matematika, Handika selalu memperoleh nilai 100 sehingga dia dikirimkan untuk mengikuti Olimpiade Matematika Nasional yang menghantarnya menjadi juara pertama. Atas prestasinya ini, Handika akhirnya mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Turki untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Gaziantep, Turki.

"Kami yakin betul Handika tidak terlibat organisasi atau kelompok terlarang. Dia anak yang cerdas, alumni kami yang menorehkan prestasi", kata Kepala Sekolah SMA Semesta Moh.Haris kepada CNN Indonesia.com, Senin (15/8).

Senada dengan sang Kepala Sekolah, beberapa rekan Handika alumni SMA Semesta juga ikut membantah tuduhan yang dilontarkan Pemerintah Turki tersebut. Bahkan, apa yang dilakukan oleh aparat keamanan Turki sudah keterlaluan.

"Bagi kami ini sudah keterlaluan. Belum ada bukti kuat yang menunjukkan Handika terlibat kelompok Gulen. Kami menduga ini justru sudah masuk intervensi atau balas dendam dari Presiden Recep Ordogan," kata Husein Abdilah, teman Handika.

Husein mengungkapkan dirinya dan sejumlah rekannya akan melakukan upaya ke Kementerian Luar Negeri RI dan Kementerian Pendidikan RI serta Kedutaan Besar Indonesia di Turki untuk melakukan mediasi atau pembebasan Handika dari sel tahanan di Turki.

"Kami dan rekan-rekan akan melakukan upaya ke Kemenlu, Kemendikbud dan Kedubes disana agar Handika bisa cepat dikelurkan", kata Husein.

Sebelum terkuaknya kabar penangkapan Handika, Pemerintah Turki sempat meminta Pemerintah Indonesia untuk menutup 9 sekolah yang dianggap terafiliasi Kelompok Pemberontak Fetulah Gulen. Salah satu dari sembilan sekolah tersebut adalah Sekolah Semesta Bilingual Boarding School di Semarang.



Credit  CNN Indonesia