Jumat, 22 Januari 2016

Kisah Heroik Dosen Hadang Serangan Taliban di Universitas di Pakistan



 
AFP Pasukan keamanan dengan cepat berada di lokasi kejadian untuk menghentikan serangan Taliban itu.


CHARSADDA, CB - Syed Hamid Husain (32 tahun), seorang dosen kimia dipuji sebagai pahlawan setelah berupaya melindungi para mahasiswanya dengan melepaskan sejumlah tembakan terhadap militan Taliban yang menyerang Universitas Bacha Khan di Pakistan barat laut, Rabu (20/1/2016).

Syed Hamid Husain yang menjadi sasaran serangan, tewas dalam peristiwa itu. Serangan itu sendiri menewaskan sedikitnya 21 orang.

Sejumlah mahasiswanya memberi kesaksian tentang aksi heroik Husain. Dosen muda itu memerintahkan para mahasiswanya untuk tinggal di dalam ruang saat sejumlah pria bersenjata Taliban menyerbu kampus di dekat kota Peshawar itu, Rabu pagi waktu setempat.

Para mahasiswa menceritakan bagaimana ayah dari dua orang anak itu menembaki para penyerang ketika mereka menyerbu kampus itu. Tembakan balasan Husain menghadang laju penyerang dan memberi waktu kepada para mahasiswanya untuk melarikan diri sebelum ia akhirnya roboh terkena terjangan peluru.

"Kami melihat tiga teroris yang berteriak, "Allah hu Akbar!" dan bergegas menuju tangga departemen kami," kata seorang mahasiswa kepada wartawan.

"Seorang mahasiswa melompat keluar dari ruang kelas melalui jendela. Kami tidak pernah melihat dia bangun lagi."

Dia melihat Husain memegang sebuah pistol dan menembaki para penyerang. "Kemudian kami melihat dia jatuh dan saat para teroris memasuki kantor (registrasi), kami melarikan diri."

Seorang mahasiswa geologi, Zahoor Ahmed, mengatakan, Husain memperingatkan dia untuk tidak meninggalkan gedung setelah tembakan pertama terdengar.

"Dia memegang pistol di tangannya," kata Ahmed. "Lalu saya melihat peluru menghantamnya. Saya melihat dua militan menembak (dia). Saya berlari ke dalam dan kemudian berhasil melarikan diri dengan melompat di dinding belakang."

"Mereka menembak dosen itu," kata mahasiswa sosiologi, Muhammad Daud, kepada kantor berita AFP. Ia menggambarkan bahwa Husain merupakan "seorang pria yang sangat sopan dan guru yang terhormat".

Para mahasiswa dan staf universitas mengenang dosen yang terbunuh itu pada Rabu itu. Mereka mengatakan Husain telah dijuluki "The Protector" (Si Pelindung) bahkan sebelum kematiannya itu.

"Dia selalu membantu para mahasiswa dan dia merupakan orang yang tahu semua rahasia mereka karena mereka akan berbagi semua masalahnya dengan dia," kata seorang mahasiswa geologi berusia 22 tahun, Waqar Ali, kepada AFP.

"Dia dijuluki para mahasiswa sebagai 'The Protector'."

Ingat, Nak, saya punya pistol

Husain merupakan ayah dari seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan seorang anak perempuan yang baru saja merayakan ulang tahun pertamanya, kata seorang pejabat administrasi universitas kepada AFP.

Dia telah menghabiskan waktu tiga tahun di Inggris untuk meraih gelar PhD, kata pejabat itu.

Mohammad Shazeb, seorang mahasiswa ilmu komputer berusia 24 tahun, mengatakan kepada AFP bahwa Husain gemar berkebun dan sering bercanda dengan para mahasiswa. Husain, kata Shazeb, sering menganjurkan kepada mereka untuk belajar berkebun saat mereka menganggur.

"Dia punya pistol 9mm dan pernah memberitahu kami kisah perjalanannya berburu," kata Shazeb.

Husain juga tidak pernah melewatkan pertandingan kriket bersama mahasiswa. Shazeb menambahkan, "Ketika seseorang membuatnya tidak senang dalam pertandingan, dia akan bercanda, "Ingat Nak, saya punya pistol'".

Ucapan duka cita juga disampaikan di dunia maya untuk dosen itu, yang pemakaman diadakan di desa asalnya di Swabi pada Rabu sore.

"Martyr of #education: Prof Hamid yang dibunuh para teroris di# BachaKhanUniversity#Pakistan," kicau wartawan dan akademisi Raza Rumi Ahmad di Twitter.

Presiden Pakistan Mamnun Hussain menyatakan kesedihan dan belasungkawanya kepada keluarga dosen itu.

Polisi mengatakan, sedikitnya 21 orang tewas dalam serangan di universitas Bacha Khan. Pasukan keamanan menewaskan semua penyerang yang berjumlah empat orang. Belum jelas apakah mereka termasuk dalam jumlah 21 orang yang tewas tersebut.

Sebuah faksi Taliban Pakistan telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, meskipun pemimpinan utama yang memayungi kelompok itu mengecam serangan tersebut sebagai aksi yang "tidak Islami".

Guru-guru di Pakistan barat laut telah diberi izin untuk membawa senjata api di dalam kelas setelah militan Taliban membantai lebih dari 150 orang, sebagian besar anak-anak, di sebuah sekolah di kota Peshawar tahun 2014. Serangan terhadap sebuah sekolah yang dikelola militer di kota itu, sekitar 50 kilometer dari Charsadda, merupakan serangan yang paling mematikan dalam sejarah Pakistan. Ketika itu militan bersenjata berat menyisir ruangan per ruangan untuk membantai para siswa dan staf.

Asosiasi guru telah menyatakan keberatan dengan kebijakan mempersenjatai staf. Mereka mengatakan, bukan tugas mereka untuk bertempur dengan militan.


Credit  KOMPAS.com