Kamis, 21 Januari 2016

Jusuf Kalla Pesan 50 Panser Badak Buatan Pindad

Jusuf Kalla Pesan 50 Panser Badak Buatan Pindad

Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menjadi saksi untuk terdakwa mantan Menteri ESDM, Jero Wacik, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, 14 Januari 2016. Jusuf Kalla dihadirkan menjadi saksi meringankan atas permintaan terdakwa Jero Wacik. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
 
CB, Bandung - Wakil Presiden Jusuf Kalla memesan 50 unit panser Badak, produk alutsista terbaru buatan PT Pindad yang masih dalam tahap pengujian. “Tadi dengan persetujuan Menteri Pertahanan, kami pesan 50 (unit) kalau sudah lulus uji,” kata dia di sela kunjungan kerjanya di PT Pindad Bandung, Rabu, 20 Januari 2015.

Kalla sempat diajak berkeliling melihat proses produksi Badak yang menyatu dengan faslitas lini produksi Anoa varian panser buatan PT Pindad. Kalla sempat menaiki prototipe panser Badak.

Saat melihat kertas kerja gambar rancangan panser Badak, Kalla menuliskan memo rencana pesanan pemerintah itu. Tulis Kalla: “Dilanjutkan uji sertifikasi dan selanjutnya diproses untk TNI 50 unit tahap awal, 20/1-2016 JK.”

Kalla mengaku, sengaja mengunjungi pabrik senjata itu untuk mengecek kesiapan industri pertahanan dalam negeri. Dalam kunjungannya, Kalla ditemani Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu serta Menteri Perindustrian Saleh Husin. Sedianya Menteri BUMN Rini Soemarno ikut menemani. “Tapi dipanggil ke Jakarta,” kata dia.

Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim menuturkan, panser Badak merupakan produk varian panser Anoa yang sebelumnya di inisiasi pemesanannya oleh Jusuf Kalla saat menjadi Wakil Presiden mendampingi Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. “Hari ini beliau ingin melihat kelanjutannya dan memberikan dukungan pada kita,” kata dia saat mendampingi Kalla, 20 Januari 2016.

Panser Badak dilklaim telah menyelesaikan pengujian untuk mendapatkan sertifikasi akhir tahun lalu. Kepala Departemen Komunikasi Korporat PT Pindad Hardantono sebelumnya mengatakan, akhir Desember lalu, panser Badak sukses mengikuti uji tembak menggunakan kanon kaliber 90 milimeter milik panser ituu. Uji tembak tersebut merupakan bagain dari proses sertifikasi oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat.

Panser Badak menjalani uji penembakan dengan menggunakan kanon yang dipasang di turetnya. Pengujian menembak dengan amunisi 90 milimeter itu dilakukan dalam sejumlah posisi, seperti menembak dengan moncong kanon mengarah ke berbagai arah yang sudah ditentukan dalam materi.

Selepas uji tembak tersebut, ada serangkaian pengujian yang dijalani panser itu. Diantaranya, uji lapangan, hingga pengujian daya jelajahnya. Serangkaian pengujian panser Badak itu dijadwalkan tuntas akhir bulan ini. “Kalau melihat jadwal pengujian diperkirakan sampai akhir bulan. Targetnya Pak Dirut, Semester I tahun depan sudah bisa diproduksi,” kata Herdantono, 16 Desember 2015.

Pengujian itu untuk memenuhi Ketentuan Standarisasi Umum (KSU) TNI Angkatan Darat. PT Pindad menargetkan bisa memproduksi antara 25 unit hingga 30 unit panser Badak dalam setahun.

PT Pindad sendiri bekerja sama dengan CMI Defence, perusahaan pertahanan Belgia untuk mengembangkan kanon 90 milimeter yang menjadi senjata andalan Panser Badak. Kerjasama itu menjadi bagian Transfer of Technologi (ToT) untuk proses manufaktur turret 90 milimeter yang digunakan Badak.

PT Pindad memperkenalkan panser Badak pertama kali dalam pameran IndoDefence 2014 di Jakarta. Panser ini merupakan bagian pengembangan varian Panser Anoa. Panser ini dirancangan bisa dikendalikan oleh tiga orang kru. Tubuh panser itu dirancang mampu menahan tembakan amunisi 12,7 milimeter.

Panser Badak menggunakan dengan mesin diesel 6 silinder berkekuatan 340 tenaga kuda, dilengkapi teknologi double wishbone independent suspension untuk menjaga kestabilan panser saat menembak.
credit  TEMPO.CO