Pemerintah Iran, di bawah kepemimpinan Hassan Rouhani memprotes sanksi baru AS terhadap negarnya. (Reuters/Carlo Allegri)
Dikutip Al-Arabiya, Senin (17/1), Iran mengatakan bahwa keputusan AS itu tidak sah karena tidak akurat. Sanksi itu dijatuhkan beberapa hari setelah AS mencairkan aset Teheran usai kesepakatan program nuklir Iran.
"Program rudal Iran tidak pernah dibuat untuk mampu membawa senjata nuklir," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Hossein Jaber Ansari.
"Amerika menjual puluhan miliar dolar persenjataan setiap tahun untuk negara-negara di kawasan. Senjata ini digunakan untuk melakukan kejahatan perang terhadap warga Palestina, Libanon, dan sekarang Yaman," ujar Ansari.
Ansari menegaskan, sanksi AS tidak akan menghentikan Iran mengembangkan program rudal balistik serta meningkatkan kemampuan pertahanan mereka.
Sebelumnya AS menjatuhkan kepada 11 perusahaan dan individu yang memasok material untuk rudal balistik Iran.
Individu yang dijatuhi sanksi adalah lima warga Iran, sementara jaringan perusahaan asal Uni Emirat Arab dan China dimasukkan dalam daftar hitam.
Menurut pemerintah AS, "program rudal balistik Iran merupakan ancaman besar bagi keamanan regional dan global, dan akan tetap menjadi target sanksi internasional."
Kantor berita Reuters menyebutkan, sanksi ini sempat tertunda dua pekan agar tidak membahayakan negosiasi pembebasan lima tahanan AS di Iran.
Rencananya, sanksi akan dijatuhkan pada 30 Desember lalu, namun saat itu Menteri Luar Negeri AS John Kerry tengah menegosiasikan pertukaran lima tahanan AS dengan sembilan warga Iran yang ditahan di Amerika.
Credit CNN Indonesia