Rabu, 20 Januari 2016

Hadapi Iran, Saudi Tak Tutup Kemungkinan Buat Bom Nuklir


Hadapi Iran, Saudi Tak Tutup Kemungkinan Buat Bom Nuklir  
Pemerintah Saudi menunjukkan kekhawatiran usai pencabutan sanksi Iran sebagai hasil perundingan program nuklir mereka dengan negara adidaya. (Antara Foto/Rosa Panggabean)
 
Jakarta, CB -- Pemerintah Saudi menunjukkan kekhawatiran usai pencabutan sanksi Iran sebagai hasil perundingan program nuklir mereka dengan negara adidaya. Saudi menegaskan mereka siap menghadapi ancaman dari Iran usai pencabutan sanksi, termasuk membuat bom nuklir.


Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir kepada Reuters, Selasa (19/1), saat ditanya apakah Saudi akan membuat bom nuklir untuk mengantisipasi ancaman Iran jika Teheran berhasil mengembangkan senjata pemusnah massal tersebut.

Menjawab pertanyaan tersebut, Jubeir tidak menampik mereka tidak akan akan mengembangkan senjata nuklir. Dia menegaskan bahwa Arab Saudi "akan melakukan apapun yang diperlukan untuk melindungi rakyat kami."

Namun Jubeir menolak menjabarkan lebih lanjut pernyataan tersebut. "Saya kira tidak logis mengharapkan kami berbicara masalah itu di depan publik dan saya kira tidak ada alasan untuk mengharapkan saya menjawab pertanyaan ini," kata Jubeir.

Selain itu, dia juga mengomentari soal pencabutan sanksi Iran yang menurutnya berpotensi buruk jika disalahgunakan oleh pemerintah Hassan Rouhani. Dengan pencabutan sanksi ini, pasar dagang Iran akan semakin luas dan pemasukan negara semakin besar.

"Tergantung kemana pemasukan ini disalurkan. Jika digunakan untuk mendukung aktivitas jahat rezim Iran, maka ini [pencabutan sanksi] akan menjadi hal negatif dan merupakan kemunduran. Namun jika digunakan untuk meningkatkan taraf hidup warga Iran, maka itu akan disambut baik," lanjut Jubeir.

Pemerintah Saudi sebelumnya menuduh Iran memicu ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah. Saudi dan Iran berada di dua kubu bertikai di Suriah dan Yaman, serta membayangi politik di Irak, Libanon dan Bahrain.

Tahun lalu Saudi memulai operasi militer di Yaman untuk menghentikan pemberontakan sekutu Iran, Houthi.

Menurut Jubeir, dukungan Iran terhadap militan Syiah di kawasan, salah satunya Houthi dan Hizbullah, merupakan sumber utama perpecahan sektarian. Tindakan Iran itu menurut Jubeir, "mendapatkan perlawanan dari Muslim Sunni."

Credit  CNN Indonesia