Kamis, 03 Desember 2015

ISIS Rilis Video Pemenggalan Mata-mata Rusia


ISIS Rilis Video Pemenggalan Mata-mata Rusia  
Berbeda dengan video eksekusi sebelumnya, kali ini algojo ISIS tidak menggunakan topeng seperti Jihadi John. (Youtube)
 
Jakarta, CB -- ISIS kembali merilis rekaman video eksekusi tawanan pada Rabu (3/12). Kali ini, ISIS mengklaim memenggal seorang pria yang mereka sebut sebagai mata-mata Rusia.


Dalam video itu, seperti diberitakan International Business Times, terlihat seorang tawanan mengenakan baju terusan oranye, berbicara ke kamera mengaku sebagai agen mata-mata badan intelijen federasi Rusia, FSB.

Rita Katz, pengamat terorisme dari lembaga SITE, mengatakan korban bernama Haroun. Dalam video yang diambil di Raqqa, Suriah, itu Haroun mengaku mengaku dikirim ke Suriah untuk menjadi mata-mata.

Adegan selanjutnya, korban berlutut di tepi sebuah danau. Di belakangnya berdiri seorang anggota ISIS yang memegang pisau. Berbeda dengan video eksekusi ISIS sebelumnya, algojo kali ini tidak bertopeng, terlihat jelas wajahnya yang seperti orang Eropa.

Algojo itu berbicara dengan bahasa Rusia sebelum memenggal korbannya, mengancam membunuh Vladimir Putin.

Sementara sumber lain menyebutkan korban bernama Khasiev Magomid, warga Rusia keturunan Chechen yang bekerja untuk FSB. Pejabat senior FSB di Moskow mengatakan bahwa klaim Magomid adalah agen mereka sangat "tidak berdasar".


Korban eksekusi ISIS kali ini disebut sebagai mata-mata Rusia. (Youtube)
video ini dirilis menyusul kematian algojo ISIS sebelumnya Mohammed Emwazi yang dikenal dengan nama Jihadi John, diduga karena serangan udara ISIS.

Jika dikonfirmasi, maka ini adalah warga Rusia pertama yang dipenggal oleh ISIS. Belum ada komentar dari pemerintah Rusia terkait video ini.

Rusia menjadi sasaran serangan teror setelah membantu rezim Bashar al-Assad memerangi ISIS di Suriah dan Irak dengan menurunkan pasukan udara. Sebelumnya, sebuah pesawat maskapai Rusia jatuh di Sinai, Mesir, menewaskan 224 orang di dalamnya Oktober lalu.

Dalam majalah propagandanya, Dabiq, ISIS mengatakan awalnya mereka ingin menjatuhkan pesawat maskapai Amerika Serikat, namun mengubah sasarannya setelah Rusia memutuskan mendukung Assad September lalu. Pesawat jatuh diduga akibat ledakan bom di dalam kabin.

Credit  CNN Indonesia