Ilustrasi sistem pertahanan rudal udara S-400 (UMNICK via WIkimedia Commons)
Pengumuman ini terjadi hanya dua hari setelah Presiden Vladimir Putin berjanji mengambil sejumlah langkah balasan setelah menuding Ukraina memicu provokasi baru di Crimea, menurut laporan Reuters pada akhir pekan lalu.
Kiev sendiri membantah tuduhan ini, dan justru menuding itu sebagai salah satu cara Moskow untuk mengeskalasi tensi. Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan tudingan Rusia hanyalah dalih untuk memulai ancaman militer melawan Ukraina.
“Tuduhan Rusia terhadap Ukraina soal terorisme di Crimea yang diokupasi sama masuk akal dan sinisnya dengan pernyataan pemimpin Rusia soal tak adanya pasukan Rusia di Donbass (wilayah Ukraina),” ujar Poroshenko.
Insiden yang menurut FSB terjadi di perbatasan Ukraina-Crimea ini ditakutkan akan menjadi pemicu baru meningkatnya eskalasi di Crimea sejak dineksasi Moskow pada 2014.
FSB juga mengatakan mereka menangani sekelompk penyabotase dari Ukraina dalam operasi Sabtu (5/8) malam dan Minggu (6/8) pagi lalu. Warga Ukraina dan Rusia ditangkap dalam operasi itu, dan ditemukan pula 20 bahan peledak rumahan, amunisi, ranjau, granat, serta senjata khusus yang biasa digunakan oleh pasukan khusus Ukraina.
Diproduksi oleh produsen Rusia, Almaz Antey, dan diperkenalkan ke layanan pada tahun 2007, sistem rudal S-400 digunakan sebagai pertahanan udara dengan variasi rudal jarak panjang dan menengah yang dapat mencapai target baik di udara maupun di darat dalam jarak 400 kilometer.
Kantor berita TASS, dikutip oleh RT, melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya mengumumkan bahwa 16 resimen Angkatan Darat Rusia akan dilengkapi dengan S-400 pada akhir tahun.
Sistem rudal S-400 juga dikerahkan ke Suriah tahun lalu. Pasukan Angkatan Udara Rusia di pangkalan militer Latakia dipersenjatai dengan rudal S-400 setelah jet tempur Rusia Su-24 ditembak jatuh oleh jet F-16 milik Turki di dekat perbatasan Turki-Suriah tahun lalu.
Credit CNN Indonesia