Kamis, 17 Desember 2015

FBI: ISIS Merevolusi Terorisme


FBI: ISIS Merevolusi Terorisme  
Ilustrasi serangan terorisme (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
 
Jakarta, CB -- Berbagai serangan teror yang terjadi di sejumlah negara akhir-akhir ini dan diklaim oleh ISIS menunjukkan bahwa kelompok militan ini memiliki anggota maupun simpatisan di berbagai negara. FBI menilai ISIS telah merevolusi terorisme dengan menginspirasi simpatisannya untuk meluncurkan serangan secara individu maupun dalam kelompok kecil, atau yang biasa disebut dengan lone-wolf attacks.

Direktur Biro Investigasi Federal (FBI), James Comey memaparkan bahwa ISIS menginspirasi pendukungnya lewat berbagai cara, seperti media sosial, komunikasi terenkripsi, majalah serta video propaganda yang diproduksi dengan matang.


"Kelompok militan sebelumnya, al-Qaidah merupakan model [teroris] yang sangat berbeda dengan ancaman yang kita hadapi saat ini," kata Comey pada konferensi kontraterorisme di New York City, Rabu (16/12).

Comey menyatakan bahwa FBI saat ini tengah menyelidiki "ratusan" rencana teror di 50 negara bagian Amerika Serikat yang diduga akan diluncurkan oleh para simpatisan dan pendukung ISIS.

Kasus terbaru adalah ancaman bom di sekolah di Los Angeles pada Selasa (15/12) lalu yang mengakibatkan 1.500 sekolah di penjuru LA ditutup dan menyebabkan sekitar 643 ribu siswa dan orang tua mereka bingung dan khawatir akan keamanan di wilayah mereka.

Ancaman itu ternyata tidak terjadi dan dinyatakan oleh FBI sebagai ancaman palsu. Para pejabat Los Angeles yang menginstruksikan penutupan ribuan sekolah pun dikecam karena dinilai bereaksi berlebihan terhadap ancaman tipuan.

Kasus lainnya yang tengah diselidiki oleh FBI adalah serangan penembakan di fasilitas penyandang disabilitas di San Bernardino, California, yang menewaskan 14 orang dan melukai puluhan lainnya.

FBI kini tengah menyelidi motif pelaku penyerangan dan apakah para pelaku terkait dengan kelompok teror. Para pelaku diketahui adalah pasangan Muslim, Syed Rizwan Farook, 28, warga negara AS dan istrinya, Tashfeen Malik, 29.

Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa Malik sempat mengirim setidaknya dua pesan pribadi di Facebook untuk sejumlah temannya asal Pakistan pada 2012 dan 2014, yang berisi seruan untuk mendukung jihad Islam serta harapannya untuk dapat melakukan jihad di kemudian hari.

Malik juga diketahui sempat berupaya menghubungi sejumlah kelompok militan, termasuk afiliasi al-Qaidah di Suriah, Front al-Nusra, beberapa bulan sebelum melancarkan aksinya.

FBI menyatakan bahwa Malik telah berbaiat setia kepada ISIS sebelum penembakan terjadi.

Credit  CNN Indonesia