Kamis, 17 Desember 2015

FBI Tak Temukan Bukti Penyerang di California Anggota Militan


FBI Tak Temukan Bukti Penyerang di California Anggota Militan 
 Direktur FBI, James Comey memaparkan tidak ditemukan cukup bukti untuk menunjukkan bahwa pelaku penembakan di California (Syed Ridwan Farook dan istrinya, Tashfeen Malik) merupakan anggota kelompok militan. (Reuters/California Department of Motor Vehicles/Handout)
 
Jakarta, CB -- Direktur FBI, James Comey memaparkan bahwa hingga kini tidak ditemukan cukup bukti untuk menunjukkan bahwa pelaku penyerang fasilitas penyandang disabilitas di San Bernardino, California, merupakan bagian dari kelompok militan.

Pernyataan FBI ini semakin menguatkan dugaan para pakar bahwa para penyerang hanya terinspirasi oleh kelompok militan ISIS, tetapi serangan itu tidak diarahkan langsung oleh ISIS.


Comey menyatakan bahwa meski pelaku penembakan, yakni Syed Rizwan Farook, 28, dan Tashfeen Malik, 29 telah menyatakan berbaiat setia kepada ISIS dan menunjukkan dukungan untuk "jihad dan mati syahid" dalam pesan pribadi Facebook sejak 2013, mereka tidak pernah melakukannya secara terbuka di media sosial.

Dia juga menyatakan bahwa pihak berwenang meyakini Mohammed Abdulazeez, tersangka penembakan empat Marinir AS dan seorang pelaut Angkatan Laut di Chattanooga, Tennessee, pada Juli lalu, menjadi radikal karena propaganda militan.

"Menurut saya, tidak ada keraguan bahwa pembunuh Chattanooga terinspirasi dan termotivasi oleh propaganda organisasi teroris asing," katanya, tapi tidak menyebutkan organisasi teroris mana yang dimaksud.

Comey menyatakan bahwa FBI saat ini tengah menyelidiki "ratusan" rencana teror di 50 negara bagian Amerika Serikat yang diduga akan diluncurkan oleh para simpatisan dan pendukung ISIS.

Comey juga sebelumnya menyatakan bahwa kelompok militan ISIS telah "merevolusi" terorisme karena menginspirasi serangan skala kecil, melalui berbagai cara, seperti menggunakan media sosial, komunikasi yang terenkripsi dan majalah serta propaganda yang diproduksi besar-besaran dan disebarkan ke seluruh dunia.

"Kelompok militan sebelumnya, al-Qaidah merupakan model [teroris] yang sangat berbeda dengan ancaman yang kita hadapi saat ini," kata Comey pada konferensi kontraterorisme di New York City, Rabu (16/12).

ISIS kini mengusai sebagian besar wilayah di Irak dan Suriah dengan tujuan membentuk kekhalifahan ISlam. ISIS juga mengaku bertanggung jawab atas serangan di Paris pada 13 November lalu yang menewaskan 130 orang.

Comey memaparkan bahwa ISIS memiliki strategi tiga cabang, yakni merekrut pejuang untuk bergabung di Timur Tengah, menginspirasi orang di negara-negara lain untuk melakukan serangan dan mengirimkan anggotanya yang terlatih untuk melakukan aksi kekerasan di Eropa dan Amerika Serikat.

ISIS, menurut Comey, juga telah menyempurnakan penggunaan media sosial, dan Twitter khususnya, untuk berhubungan langsung dengan simpatisannya yang potensial.

"Twitter berguna untuk menjual buku, mempromosikan film, dan mempublikasikan sumber-sumber ideologi terorisme lainnya. [Twitter berguna] untuk menjual pembunuhan," kata Comey.

ISIS juga kerap kali menggunakan komunikasi terenkripsi. Oleh karena itu, Comey menyerukan agar para perusahaan teknologi menghindari menciptakan perangkat dan layanan yang tidak dapat diakses, bahkan dengan perintah pengadilan sekalipun.

Tapi Comey yakin bahwa penegakan hukum dan perusahaan teknologi dapat bekerja sama tanpa mengorbankan privasi pribadi.

"Kami tidak akan menutup Internet," katanya.

Credit  CNN Indonesia