Kamis, 02 April 2015

Akhir Drama Penyanderaan Jaksa di Turki



ISTANBUL  (CB) – Rabu 1 Maret, tengah berlangsung pelepasan terakhir untuk Jaksa Mehmet Selim Kiraz yang meninggal karena disandera oleh kelompok teroris.
Pelepasan terakhir digelar di Çağlayan Adliyesi. Jaksa yang sudah bekerja selama 14 tahun itu menambah daftar korban aksi teror oleh kelompok-kelompok anti-pemerintah di Turki.
Aksi penyanderaan yang dilakukan oleh Front-Partai Pembebasan Rakyat Revolusioner (DHKP-C) bertepatan dengan hari pemadaman listrik di Turki. Pasalnya, jaringan listrik di Turki terputus secara besar-besaran pada Selasa 31 Maret.
Pemadaman tersebut terjadi di 79 dari 81 provinsi di Turki, termasuk di kota-kota besar seperti Istanbul, Ankara dan Izmir. Pemadaman terjadi sejak pukul 10:36 mengakibatkan kekacauan pelayanan jasa transportasi seperti Metro, Tram and Funicular dan kereta bawah laut Marmaray.
Pamadaman aliran listrik yang terburuk dalam 15 tahun terakhir di Turki ini disebabkan oleh gangguan kerusakan pada jaringan transmisi listrik tegangan tinggi, seperti diakui oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Taner Yıldız dalam konferensi pers.
Pemadaman listrik yang terjadi secara nasional itu dimanfaatkan oleh kelompok teroris Front-Partai Pembebasan Rakyat Revolusioner melakukan aksi teror di gedung kejaksaan Çağlayan Adliyesi di Istanbul dengan menyandera seorang jaksa pada pukul 12.36 waktu setempat.
Kiraz adalah jaksa penuntut dalam kasus terbunuhnya Berkin Elvan (15) setelah sembilan bulan koma, pada 11 Maret 2014 silam. Kasus yang menjadi perhatian serius dari kelompok anti-pemerintah ini menjadi simbol para demonstran dan protes di beberapa kota di Turki. Berkin Elva adalah salah satu korban meninggal dalam demonstrasi di Gezi Park, Istanbul.
Para penyandera yaitu Şafak Yayla (23) dan Bahtiyar Doğruyol (27) mengirimkan foto dan pesan lengkap dengan pistol yang ditodongkan di kepala Kiraz. Lewat halkinsesi.tv, penyandera meminta pihak kepolisian agar Elvan mengaku ke depan publik lewat televisi dalam waktu tiga jam, hingga pukul 15.36. Jika dalam waktu tiga jam permintaannya tidak dipenuhi, penyandera mengancam akan menembak mati jaksa Kiraz.
Selama negosiasi berlangsung, pihak kepolisian Turki menyiapkan pasukan untuk melakukan operasi di lantai enam gedung pengadilan Çağlayan, lokasi penyanderaan terjadi, sebagai antisipasi negosiasi negatif.
"Kami sudah bernegosiasi selama enam jam. Tetapi pasukan kami segera beroperasi ketika mendengar ada tembakan saat kelompok teroris sedang berbicara dalam telepon selama proses negosisasi,” kata Kepada Polisi Istanbul Selami Altinok kepada pers seperti dilaporkan kontributor Okezone, Rabu (1/4/2015).
Setelah negosiasi dinyatakan negatif, operasi pun dimulai sekitar pukul 20.35. Menurut saksi mata, dalam gedung pengadilan di lantai enam terjadi tembakan dan ledakan selama operasi. Sekitar pukul 21.15 operasi selesai dan kedua penyandera tertembak mati. Sementara nyawa jaksa Kiraz tidak tertolong karena menderita dua tembakan di kepada dan tiga tembakan di tubuhnya. Kiraz meninggal ketika sampai di rumah sakit.
Sore harinya, dengan dihadiri Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoğlu, dilangsungkan salat janazah dan dilanjutkan dengan prosesi pelepasan terakhir untuk jaksa Kiraz dihadiri oleh ribuan penduduk di Istanbul.



Credit  Okezone