Jakarta (CB) - Penjualan yang laris manis buku
kontroversial karya pengarang Michael Wolff mengenai kehidupan Presiden
Amerika Serikat Donald Trump dikritik habis-habisan oleh WikiLeaks,
dengan memposting sebuah tautan untuk mendapatkan cetakan buku itu
secara gratis.
Buku "Fire and Fury: Inside the Trump White House" langsung laris manis sejak dijual Jumat pekan lalu di mana versi hard copy-nya saja ludes dalam waktu satu jam di toko-toko buku.
Trump sendiri terus menggugat si pengarang buku, berusaha mendiskreditkan kesaksian dalam buku itu mengenai dia sebagai "palsu" dan membantah pengakuan Wolff bahwa sang pengarang telah mewawancarai presiden sebelum menulis buku itu.
Kini tak biasanya, Wikileaks memposting sebuah tautan di Twitter kepada sebuah dokumen dalam Google Drive yang memuat seluruh manuskrip buku kontroversial itu meskipun belum jelas benar apakah itu versi terakhir dari buku tersebut.
WikiLeaks tak menjelaskan maksud langkahnya ini, namun sudah jelas berusaha merusak penjualan buku tersebut dengan menyebarluaskan versi gratisnya.
Ini kali kedua WikiLeaks mendukung Trump setelah pada Pemilu 2016 laman whistleblower ini menyebarluaskan email-email dari Hillary Clinton yang akhirnya menggagalkan Clinton memenangkan Pemilu Presiden 2016, demikian abc.net.au.
Buku "Fire and Fury: Inside the Trump White House" langsung laris manis sejak dijual Jumat pekan lalu di mana versi hard copy-nya saja ludes dalam waktu satu jam di toko-toko buku.
Trump sendiri terus menggugat si pengarang buku, berusaha mendiskreditkan kesaksian dalam buku itu mengenai dia sebagai "palsu" dan membantah pengakuan Wolff bahwa sang pengarang telah mewawancarai presiden sebelum menulis buku itu.
Kini tak biasanya, Wikileaks memposting sebuah tautan di Twitter kepada sebuah dokumen dalam Google Drive yang memuat seluruh manuskrip buku kontroversial itu meskipun belum jelas benar apakah itu versi terakhir dari buku tersebut.
WikiLeaks tak menjelaskan maksud langkahnya ini, namun sudah jelas berusaha merusak penjualan buku tersebut dengan menyebarluaskan versi gratisnya.
Ini kali kedua WikiLeaks mendukung Trump setelah pada Pemilu 2016 laman whistleblower ini menyebarluaskan email-email dari Hillary Clinton yang akhirnya menggagalkan Clinton memenangkan Pemilu Presiden 2016, demikian abc.net.au.
Credit antaranews.com