SUTHERLAND SPRINGS
- Tersangka pembantai 26 jemaat gereja di Texas selatan dengan tembakan
telah diidentifikasi bernama Devin Patrick Kelley, 26. Presiden Donald
Trump, FBI dan polisi tidak menyebut penembakan massal ini sebagai aksi
teroris.
Kelley, yang merupakan pria kulit putih ini ternyata mantan anggota Angkatan Udara Amerika Serikat (AS). Dia memiliki tempat tinggal di New Braunfels, Texas, yang berjarak sekitar 35 mil dari First Baptist Church, di Sutherland Springs, tempat serangan tersebut.
Tersangka ditemukan tewas setelah melarikan diri dengan mobilnya. Belum jelas penyebab kematian Kelley.
Penembakan massal pada hari Minggu waktu AS itu juga menyebabkan 20 orang lainnya terkuka. Gubernur Texas Greg Abbott menggambarkannya sebagai penembakan terburuk dalam sejarah negara bagian Texas.
Pada hari Minggu malam, pihak berwenang hanya mengidentifikasi tersangka sebagai pria kulit yang masih berusia muda. Pejabat berwenang mengatakan bahwa tersangka mengenakan pakaian serba hitam, memasuki First Baptist Church dan mengumbar tembakan.
Saat Kelley melarikan diri dengan mobilnya, polisi mengejar. Dia tewas dengan luka tembak. Belum apakah kematiannya akibat bunuh diri atau ditembak oleh polisi yang mengejarnya.
Mengutip laporan CBS News, Senin (6/11/2017), Kelley adalah mantan anggota Angkatan Udara AS yang bertugas dari 2010 hingga 2014. Dia dipecat dengan tidak hormat dan diadili pada bulan Mei 2014.
Juru bicara Angkatan Udara Ann Stefanek mengatakan kepada The Associated Press bahwa sebuah catatan menunjukkan Kelley bertugas di Kesiapan Logistik di Pangkalan Angkatan Udara Holloman di New Mexico dari tahun 2010 sampai dia dipecat. Penyebab dia dipecat belum diungkap Angkatan Udara AS.
Sementara itu, Pentagon mengatakan kepada The Associated Press bahwa Kelley adalah seorang mantan awak pesawat.
Kelley, yang merupakan pria kulit putih ini ternyata mantan anggota Angkatan Udara Amerika Serikat (AS). Dia memiliki tempat tinggal di New Braunfels, Texas, yang berjarak sekitar 35 mil dari First Baptist Church, di Sutherland Springs, tempat serangan tersebut.
Tersangka ditemukan tewas setelah melarikan diri dengan mobilnya. Belum jelas penyebab kematian Kelley.
Penembakan massal pada hari Minggu waktu AS itu juga menyebabkan 20 orang lainnya terkuka. Gubernur Texas Greg Abbott menggambarkannya sebagai penembakan terburuk dalam sejarah negara bagian Texas.
Pada hari Minggu malam, pihak berwenang hanya mengidentifikasi tersangka sebagai pria kulit yang masih berusia muda. Pejabat berwenang mengatakan bahwa tersangka mengenakan pakaian serba hitam, memasuki First Baptist Church dan mengumbar tembakan.
Saat Kelley melarikan diri dengan mobilnya, polisi mengejar. Dia tewas dengan luka tembak. Belum apakah kematiannya akibat bunuh diri atau ditembak oleh polisi yang mengejarnya.
Mengutip laporan CBS News, Senin (6/11/2017), Kelley adalah mantan anggota Angkatan Udara AS yang bertugas dari 2010 hingga 2014. Dia dipecat dengan tidak hormat dan diadili pada bulan Mei 2014.
Juru bicara Angkatan Udara Ann Stefanek mengatakan kepada The Associated Press bahwa sebuah catatan menunjukkan Kelley bertugas di Kesiapan Logistik di Pangkalan Angkatan Udara Holloman di New Mexico dari tahun 2010 sampai dia dipecat. Penyebab dia dipecat belum diungkap Angkatan Udara AS.
Sementara itu, Pentagon mengatakan kepada The Associated Press bahwa Kelley adalah seorang mantan awak pesawat.
Para pejabat mengatakan tersangka tinggal di pinggiran Kota San Antonio dan diyakini tidak terkait dengan kelompok teroris terorganisir. Menurut laporan CBS News, Kelley memiliki seorang istri bernama Danielle Lee Shields.
Penyidik akan melihat posting media sosialnya yang dibuat pada hari-hari sebelum serangan pada hari Minggu. Salah satu posting tersebut adalah fotonya yang memamerkan senjata semi-otomatis AR-15. Penyidik belum mengungkap motif penembakan massal di gereja tersebut.
Credit sindonews.com
Pelaku pembantaian Texas pria kulit putih bernama Devin Kelley
Jakarta (CB) - Tersangka pelaku penembakan di sebuah
gereja di pedalaman Texas, Amerika Serikat, diketahui sebagai seorang
pemuda kulit putih berusia 26 tahun bernama Devin Kelley, kata
sumber-sumber penegakan hukum kepada ABC News.
Kelley berasal dari New Braunfels, Texas. Motif penembakanan masih belum diketahui, tetapi Kelley pernah bergaya dalam foto untuk laman Facebook-nya dengan memamerkan senjata AR-15.
Angkatan Udara AS membenarkan Kelley pernah bertugas dari 2010 sampai 2014. Ann Stefanek, juru bicara angkatan udara AS, memastikan bahwa Kelley bertugas di kesatuan logistik di Pangkalan Angkatan Udara Holloman di New Mexico.
Seorang sumber pada Biro Alkohol, Tembakau, Senjata dan Bahan Peledak (ATF) berkata kepada ABC News bahwa badan ini tengah mencari bahan peledak di rumah tersangka. FBI juga tengah menggeledah rumah tersangka.
Pejabat keamanan Texas Freeman Martin mengungkapkan Minggu sore waktu setempat tersangka mengenakan pakaian warga serba hitam sampai ke rompi antipeluru yang dikenakannya, saat melakukan penembakan membabibuta.
Martin mengungkapkan tersangka ditemukan mati di mobilnya setelah melarikan diri ke jalan dekat batas desa usai ditembaki warga setempat. Penyidik tak tahu pasti apakah dia menembak dirinya sendiri atau warga yang menembak mati dia.
Kelley tinggal di rumah orang tuanya bersama istri dan seorang anak, kata tetangga bernama Mark Moravitz.
Moravitz mengaku tidak melihat hal yang tidak biasa daro Kelly, tetapi dia mengaku sering mendengar bunyi tembakan di dekat rumahnya sekitar pukul 10 atau 11 pagi yang disebutnya tidak biasa terjadi di daerahnya.
Paling sedikit 26 orang meninggal dunia dan 20 lainnya terluka akibat penembakan.
Kelley berasal dari New Braunfels, Texas. Motif penembakanan masih belum diketahui, tetapi Kelley pernah bergaya dalam foto untuk laman Facebook-nya dengan memamerkan senjata AR-15.
Angkatan Udara AS membenarkan Kelley pernah bertugas dari 2010 sampai 2014. Ann Stefanek, juru bicara angkatan udara AS, memastikan bahwa Kelley bertugas di kesatuan logistik di Pangkalan Angkatan Udara Holloman di New Mexico.
Seorang sumber pada Biro Alkohol, Tembakau, Senjata dan Bahan Peledak (ATF) berkata kepada ABC News bahwa badan ini tengah mencari bahan peledak di rumah tersangka. FBI juga tengah menggeledah rumah tersangka.
Pejabat keamanan Texas Freeman Martin mengungkapkan Minggu sore waktu setempat tersangka mengenakan pakaian warga serba hitam sampai ke rompi antipeluru yang dikenakannya, saat melakukan penembakan membabibuta.
Martin mengungkapkan tersangka ditemukan mati di mobilnya setelah melarikan diri ke jalan dekat batas desa usai ditembaki warga setempat. Penyidik tak tahu pasti apakah dia menembak dirinya sendiri atau warga yang menembak mati dia.
Kelley tinggal di rumah orang tuanya bersama istri dan seorang anak, kata tetangga bernama Mark Moravitz.
Moravitz mengaku tidak melihat hal yang tidak biasa daro Kelly, tetapi dia mengaku sering mendengar bunyi tembakan di dekat rumahnya sekitar pukul 10 atau 11 pagi yang disebutnya tidak biasa terjadi di daerahnya.
Paling sedikit 26 orang meninggal dunia dan 20 lainnya terluka akibat penembakan.
Credit antaranews.com
Gereja Texas Diberondong Tembakan, 26 Jemaat dan Pelaku Tewas
SUTHERLAND SPRINGS
- Seorang pria bersenjata mengumbar tembakan di sebuah gereja di
tenggara Texas pada hari Minggu. Sebanyak 26 jemaat tewas, sedangkan
pelaku penembakan massal ditemukan tewas setelah melarikan diri.
Penembakan massal ini juga menyebabkan 20 orang lainnya terluka. Penembakan terjadi di First Baptist Church di Sutherland Springs, Wilson County, sekitar 40 mil (65 km) timur San Antonio.
Menurut Departemen Keamanan Publik Texas, pelaku mengenakan pakaian hitam, memasuki gereja dan mulai menembaki para jemaat.
Setelah beraksi, pelaku melarikan diri dengan kendaraannya dan kemudian ditemukan tewas di dekat Guadalupe County. Kondisi kematian pria bersenjata tersebut masih dalam penyelidikan.
Baik identitas maupun motif tersangka belum diungkap oleh pihak berwenang. Namun petugas penegak hukum yang menolak diidentifikasi mengatakan, pria bersenjata tersebut merupakan pria kulit putih berusia 26 tahun.
Jeff Forrest, 36, seorang veteran militer yang tinggal satu blok dari gereja tersebut, mengatakan bahwa dia mendengar suara tembakan senjata semi-otomatis berkaliber tinggi. Suara itu mengingatkannya saat ditempatkan di pasukan tempur Korps Marinir.
”Saya berada di teras, saya mendengar 10 putaran (tembakan) dan kemudian telinga saya mulai mendengar suara dering,” kata Forrest, seperti dikutip Reuters, Senin (6/11/2017). ”Saya memukul geladak dan saya hanya berbaring di sana.”
Pembantaian di gereja ini hanya berselang beberapa minggu setelah seorang sniper membantai 58 orang di sebuah konser outdoor di Las Vegas, yang merupakan penembakan paling mematikan dalam sejarah AS modern. Penembakan tersebut telah memicu perdebatan nasional selama bertahun-tahun apakah mudahnya akses publik terhadap senjata berkontribusi atau tidak.
Presiden Donald Trump yang berada di Jepang dalam lawatan Asia-nya selama 12 hari mengaku memantau situasi di Texas.
”Semoga Tuhan bersama orang-orang Sutherland Springs, Texas. FBI dan penegak hukum ada di tempat kejadian,” katanya di Twitter.
Menurut para saksi, sekitar 20 tembakan terdengar pada pukul 11.30 waktu setempat selama ibadah gereja berlangsung. Tidak jelas berapa banyak jemaat di dalam gereja saat penembakan massal terjadi.
Penembakan massal ini juga menyebabkan 20 orang lainnya terluka. Penembakan terjadi di First Baptist Church di Sutherland Springs, Wilson County, sekitar 40 mil (65 km) timur San Antonio.
Menurut Departemen Keamanan Publik Texas, pelaku mengenakan pakaian hitam, memasuki gereja dan mulai menembaki para jemaat.
Setelah beraksi, pelaku melarikan diri dengan kendaraannya dan kemudian ditemukan tewas di dekat Guadalupe County. Kondisi kematian pria bersenjata tersebut masih dalam penyelidikan.
Baik identitas maupun motif tersangka belum diungkap oleh pihak berwenang. Namun petugas penegak hukum yang menolak diidentifikasi mengatakan, pria bersenjata tersebut merupakan pria kulit putih berusia 26 tahun.
Jeff Forrest, 36, seorang veteran militer yang tinggal satu blok dari gereja tersebut, mengatakan bahwa dia mendengar suara tembakan senjata semi-otomatis berkaliber tinggi. Suara itu mengingatkannya saat ditempatkan di pasukan tempur Korps Marinir.
”Saya berada di teras, saya mendengar 10 putaran (tembakan) dan kemudian telinga saya mulai mendengar suara dering,” kata Forrest, seperti dikutip Reuters, Senin (6/11/2017). ”Saya memukul geladak dan saya hanya berbaring di sana.”
Pembantaian di gereja ini hanya berselang beberapa minggu setelah seorang sniper membantai 58 orang di sebuah konser outdoor di Las Vegas, yang merupakan penembakan paling mematikan dalam sejarah AS modern. Penembakan tersebut telah memicu perdebatan nasional selama bertahun-tahun apakah mudahnya akses publik terhadap senjata berkontribusi atau tidak.
Presiden Donald Trump yang berada di Jepang dalam lawatan Asia-nya selama 12 hari mengaku memantau situasi di Texas.
”Semoga Tuhan bersama orang-orang Sutherland Springs, Texas. FBI dan penegak hukum ada di tempat kejadian,” katanya di Twitter.
Menurut para saksi, sekitar 20 tembakan terdengar pada pukul 11.30 waktu setempat selama ibadah gereja berlangsung. Tidak jelas berapa banyak jemaat di dalam gereja saat penembakan massal terjadi.
Credit sindonews.com