Jumat, 18 Desember 2015

Surat Terbuka Imam Shamsi Ali Menjawab Trump (Bagian I, Kebodohan Trump)

Imam Masjid Al Hikmah New York, Imam Shamsi Ali.
Imam Masjid Al Hikmah New York, Imam Shamsi Ali.
 CB, JAKARTA -- Shamsi Ali,  imam Masjid di New York memberikan tanggapan ihwal komentar bakal calon presiden AS Donald Trump yang mengusulkan Muslim dilarang masuk di AS.
Menurut pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan itu, pernyataan Trump yang anti-Muslim bukan barang baru. Dua sampai tiga tahun lalu, ia juga pernah memberikan pernyataan serupa.
Imam Samshi Ali juga pernah berdebat dengan DT dalam suatu acara. Berikut surat tanggapan Shamsi Ali terhadap pernyataan kontroversial Trump.
Dalam beberapa hari terakhir, Islam atau tepatnya komunitas Muslim Amerika Serikat kembali menjadi buah bibir dan perhatian hampir semua kalangan. Dari presiden, senate, kongress dan para politisi lainnya, hingga ke komunitas agama-agama, bahkan Hollywood. Pasalnya adalah karena 'front runner' kandidat capres dari Partai Republika, Donald Trump, dalam beberapa kesempatan menyampaikan pernyataan kebencian dan terhadap Islam dan pemeluknya.
Berbagai pernyataannya yang tidak saja kontroversial tapi merupakan pernyataan yang menggambarkan kebenciannya terhadap Islam dan pemeluknya. Mulai dari penolakannya terhadap imigran Suriah, hanya karena Muslim, berencana menutup mesjid-mesjid yang nanti dicurigai memiliki indikasi radikal, kartu indentifikasi khusus untuk orang-orang Islam di Amerika, hingga akan melarang orang-orang Islam untuk masuk ke negara Amerika.
Sikap dan pernyataan kebencian Donald Trump itu sesungguhnya bukan hal baru. Dua atau tiga tahun lalu DT pernah memberikan statement yang sama. Ketika itu dia diwawancarai oleh Fox News, sebuah televisi yang juga dikenal sangat anti Islam dan Muslim. Pertanyaan yang disampaikan oleh Fox adalah "bagaimana pendapat anda tentang Islam dan Muslim di Amerika"?

Jawaban DT ketika cukup mengejutkan, bahkan merisaukan saya sebagai aktifis perdamaian dan dialog antar agama. "Bahwa keberadaan Islam dan Muslim di Amerika itu patut diperhatikan secara dekat (watch carefully) karena berbahaya dan masalah". Itu jawaban DT menjawab pertanyaan Fox.
Mendengar itu saya agak sedih, bahkan  mengakui kegerahan ada dalam hati. Singkatnya dengan pertolongan seorang teman (Russell Simmons) pertemuan itu antara saya dan DT. Di pertemuan itulah saya sebenarnya mengetahui secara dekat tentang siapa DT yang sesungguhnya. Kebodohan atau kesalahpahaman terhadap agama Islam begitu jelas. Bahkan sekali-sekali terdengar kata-kata yang menunjukkan kebenciannya terhadap agama ini.

Salah satu kejahilan DT tentang Islam misalnya adalah ketika sambil tertawa berkata kepada Russell: "Saya tidak pernah bermimpi untuk ketemu dengan Muslim yang bisa tersenyum". Dia katakan itu setelah melihat bahwa saya datang menemuinya dengan persahabatan dan senyuman.

Mendengar itu kemudian terjadilah dialog antara saya dan DT. Dengan segala hormat saya memberanikan bertanya kepadanya tentang kesimpulannya bahwa orang Islam itu tidak bisa tersenyum. Ternyata jawabannya sudah saya duga: "itu yang saya lihat setiap di televisi. Orang Islam itu hanya bisa marah dan mengutuk".

Mendengar itu saya memberanikan diri menyampaikan kepadanya: "Mr. Trump, saya juga sebenarnya punya kesimpulan salah tentang anda. Dari televisi dan show Anda saya menyimpulkan jika Anda adalah orang yang sombong. Ternyata hari ini kesimpulan saya itu nampaknya keliru. Anda menerima kami dengan terbuka dan tamah. Sungguh sangat naif jika saya mengambil kesimpulan dari sebuah TV".

Sebelum DT merespon, saya melanjutkan: "Demikian pula anda DT. Sangat naif mengambil kesimpulan tentang 1.6 milyar manusia dari sebuah TV". Mendengar itu DT melihat saya dengan serius. Tiba-tiba saja teman saya Russell tiba-tiba menyelah: "Donald, had you ever read about Islam?".

DT hanya terdiam. Dan sebelum menjawab Russell melanjutkan: "How dare you take a conclusion or talk about something you are ignorant of?"....

Yang pasti dalam pertemuan itu Russell begitu nampak marah dengan DT. Setiap kali DT akan berbicara pasti dipotong oleh Russell. Dan walaupun dengan basa basi pertemuan itupun berakhir serasa sangat hambar.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID