Imam Samshi Ali juga pernah berdebat dengan DT dalam suatu acara. Berikut surat tanggapan Shamsi Ali terhadap pernyataan kontroversial Trump.
Dalam beberapa hari terakhir, Islam atau tepatnya komunitas Muslim Amerika Serikat kembali menjadi buah bibir dan perhatian hampir semua kalangan. Dari presiden, senate, kongress dan para politisi lainnya, hingga ke komunitas agama-agama, bahkan Hollywood. Pasalnya adalah karena 'front runner' kandidat capres dari Partai Republika, Donald Trump, dalam beberapa kesempatan menyampaikan pernyataan kebencian dan terhadap Islam dan pemeluknya.
Berbagai
pernyataannya yang tidak saja kontroversial tapi merupakan pernyataan
yang menggambarkan kebenciannya terhadap Islam dan pemeluknya. Mulai
dari penolakannya terhadap imigran Suriah, hanya karena Muslim,
berencana menutup mesjid-mesjid yang nanti dicurigai memiliki indikasi
radikal, kartu indentifikasi khusus untuk orang-orang Islam di Amerika,
hingga akan melarang orang-orang Islam untuk masuk ke negara Amerika.
Sikap dan
pernyataan kebencian Donald Trump itu sesungguhnya bukan hal baru. Dua
atau tiga tahun lalu DT pernah memberikan statement yang sama. Ketika
itu dia diwawancarai oleh Fox News, sebuah televisi yang juga dikenal
sangat anti Islam dan Muslim. Pertanyaan yang disampaikan oleh Fox
adalah "bagaimana pendapat anda tentang Islam dan Muslim di Amerika"?
Mendengar itu
saya agak sedih, bahkan mengakui kegerahan ada dalam hati. Singkatnya
dengan pertolongan seorang teman (Russell Simmons) pertemuan itu antara
saya dan DT. Di pertemuan itulah saya sebenarnya mengetahui secara
dekat tentang siapa DT yang sesungguhnya. Kebodohan atau kesalahpahaman
terhadap agama Islam begitu jelas. Bahkan sekali-sekali terdengar
kata-kata yang menunjukkan kebenciannya terhadap agama ini.
Salah satu
kejahilan DT tentang Islam misalnya adalah ketika sambil tertawa berkata
kepada Russell: "Saya tidak pernah bermimpi untuk ketemu dengan Muslim
yang bisa tersenyum". Dia katakan itu setelah melihat bahwa saya
datang menemuinya dengan persahabatan dan senyuman.
Mendengar itu
kemudian terjadilah dialog antara saya dan DT. Dengan segala hormat saya
memberanikan bertanya kepadanya tentang kesimpulannya bahwa orang
Islam itu tidak bisa tersenyum. Ternyata jawabannya sudah saya duga:
"itu yang saya lihat setiap di televisi. Orang Islam itu hanya bisa
marah dan mengutuk".
Mendengar itu
saya memberanikan diri menyampaikan kepadanya: "Mr. Trump, saya juga
sebenarnya punya kesimpulan salah tentang anda. Dari televisi dan show
Anda saya menyimpulkan jika Anda adalah orang yang sombong. Ternyata
hari ini kesimpulan saya itu nampaknya keliru. Anda menerima kami dengan
terbuka dan tamah. Sungguh sangat naif jika saya mengambil kesimpulan
dari sebuah TV".
Sebelum DT
merespon, saya melanjutkan: "Demikian pula anda DT. Sangat naif
mengambil kesimpulan tentang 1.6 milyar manusia dari sebuah TV".
Mendengar itu DT melihat saya dengan serius. Tiba-tiba saja teman saya
Russell tiba-tiba menyelah: "Donald, had you ever read about Islam?".
DT hanya
terdiam. Dan sebelum menjawab Russell melanjutkan: "How dare you take a
conclusion or talk about something you are ignorant of?"....
Credit REPUBLIKA.CO.ID