Di tengah gencatan senjata di Yaman
dan perang saudara di Suriah, Saudi mengumumkan pembentukan koalisi
militer 34 negara Islam melawan terorisme. (Reuters/Faisal Al
Nasser/Files)
"Negara-negara yang disebutkan di sini telah memutuskan untuk membentuk aliansi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi untuk memerangi terorisme, dengan pusat operasi gabungan yang berbasis di Riyadh untuk mengkoordinasikan dan mendukung operasi militer," bunyi pernyataan bersama yang diterbitkan pada kantor berita SPA, dikutip dari Reuters, Selasa (15/12).
|
"Menjadi kewajiban untuk melindungi negara Islam dari kejahatan semua kelompok teroris dan organisasi apa pun sekte dan nama mereka, yang menyerukan kematian dan membuat kerusakan di muka bumi dan bertujuan untuk meneror orang yang tidak bersalah," bunyi pernyataan tersebut.
Meski demikian, Republik Islam Iran tidak disebutkan dalam daftar negara-negara Islam tersebut. Sebagian besar penduduk Iran merupakan Muslim Syian dan dikenal sebagai salah satu saingan terbesar Saudi.
Absennya Iran dari daftar negara Islam yang memerangi terorisme ini merepresentasi persaingan dua kekuatan regional di Timur Tengah, yang memengaruhi situasi politik dan keamanan di sejumlah negara, termasuk Suriah dan Yaman.
Sementara, Amerika Serikat menilai negara-negara Teluk Arab harus lebih membantu kampanye militer melawan kelompok militan ISIS di Irak dan Suriah.
Dalam konferensi pers yang jarang digelar pada Selasa (15/12), putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, 30, yang juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan menyatakan bahwa kampanye akan "mengkoordinasikan" upaya untuk memerangi terorisme di Irak, Suriah, Libya, Mesir dan Afghanistan, tapi menawarkan beberapa indikasi konkret soal kemungkinan upaya militer dilanjutkan."
"Akan ada koordinasi internasional dengan negara-negara besar dan organisasi internasional, dalam hal operasi di Suriah dan Irak. Kita tidak dapat melakukan operasi ini tanpa berkoordinasi dengan masyarakat internasional," kata Salman tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Ketika ditanya apakah koalisi militer akan fokus hanya pada kelompok militan ISIS, Salman menyatakan koalisi ini siap menghadapi bukan hanya ISIS tetapi juga "organisasi teroris yang muncul di depan kami."
Selama sembilan bulan terakhir, militer Saudi dan negara tetangganya di Teluk Arab meluncurkan perang terhadap kelompok pemberontak Houti yang didukung Iran di Yaman. Aliansi militer ini meluncurkan ratusan serangan udara di sana.
Sementara gencatan senjata di Yaman disepakati pada Selasa bersamaan dengan pembicaraan damai yang didukung PBB, pengumuman Suaudi ini dinilai sebagai sinyal untuk mengalihkan perhatiannya kembali ke konflik di utara dari perbatasannya.
Kelompok militan ISIS berjanji untuk menggulingkan monarki negara-negara Teluk dan merencanakan serangkaian serangan terhadap masjid Muslim Syiah dan pasukan keamanan di Kuwait dan Arab Saudi.
Credit CNN Indonesia