Proses desain dan produksi pesawat N-219 membutuhkan waktu tiga tahun. (ANTARA/Novrian Arbi)
“Ini 100 persen buatan Indonesia. Didesain oleh rekan-rekan di PTDI. Ide mulai muncul sejak 2007, tapi proses desain baru betul-betul dilakukan pada 2012,” kata Direktur Utama PTDI Budi Santoso kepada CNN Indonesia, Kamis (10/12).
Sejak tahun 2013, ujar Budi, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia mengawasi langsung proses desain dan produksi pesawat. “Desain diperiksa, produksi diperiksa, lalu dapat izin untuk mencoba,” kata dia.
“Istilahnya pada penerbangan hot and high di mana kekuatan mesin biasanya menurun. Di situ kami mendesain (agar mesin lebih unggul),” ujar Budi.
Meski diresmikan hari ini, N-219 tak bisa langsung terbang. Sesuai prosedur, pesawat baru harus lebih dulu memenuhi syarat kelaikan udara sebelum diizinkan beroperasi.
“Persyaratannya cukup berat, tapi sebagian telah dilalui. Desain dan produksi sudah lolos. Nanti jika uji terbang sudah selesai, kami bisa mendapat sertifikasi,” kata Budi.
|
“Kami mencari yang terbaik. Satu perusahaan ingin membeli 15 unit, namun dengan opsi hingga 40 unit. Satu perusahaan lagi ingin memesan 8 unit dengan opsi sama, hingga 40 unit. Kedua perusahaan itu dari Indonesia,” ujar Budi.
Untuk tiga tahun pertama, N-219 akan beroperasi di Indonesia lebih dulu, tidak di luar negeri.
Selain membuat pesawat sendiri, PTDI selama ini menjadi subkontraktor untuk industri-industri pesawat terbang ternama di dunia seperti Airbus Eropa, Boeing dan General Dynamics asal Amerika Serikat, serta Fokker Belanda.
Credit CNN Indonesia