... harus menjadi pendorong semangat kerja kedua pihak untuk membuktikan kerja sama ini sudah sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan...
Jakarta (CB) -
Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, berharap agar PT Dirgantara
Indonesia tetap eksis dalam dunia internasional sebagai perusahaan di
bidang teknologi dan pembuatan pesawat terbang.
Sejatinya PT Dirgantara
Indonesia dulu bernama Lembaga Persiapan Industri penerbangan pada 1961
yang diinisiasi seorang perwira AURI, Nurtanio Pringgodigdo, yang
dibantu sahabatnya, Wiweko Supomo. Nurtanio memiliki visi jauh ke depan
dan dia bisa dibilang pendiri basis rancang bangun pesawat terbang di
Indonesia.
Akan tetapi, tidak seperti di
negara-negara maju tradisi dan industri penerbangannya, nama Nurtanio
kemudian tidak lagi dipakai menjadi nama perusahaan yang dia bidani ini.
Di Amerika Serikat, sebagai misal, nama-nama pendirinya banyak yang
tetap dipergunakan, di antaranya Boeing Company (William Boeing, pada
1916).
Berubah nama menjadi PT
Industri Pesawat Terbang Nurtanio pada 1976, perusahaan ini diubah lagi
namanya menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara pada 1985, dan
pada 2000 dinamai PT Dirgantara Indonesia.
"Dengan begitu tinggi
persaingan ekonomi global dewasa ini, perlu ada sikap antisipasi dan
komitmen kuat dari para pelaku industri strategis terutama dari PT
Dirgantara Indonesia," kata Ryacudu, di Kantor Kementerian Pertahanan,
Jakarta, Jumat.
Dia katakan itu saat
penandatanganan kesepakatan kerja sama strategis antara PT Dirgantara
Indonesia dan Korea Aerospace Industries (KAI). Duta Besar Korea Selatan
untuk Indonesia, Cho Tae Young, dan Direktur Utama PT Dirgantara
Indonesia, Budi Santoso, hadir juga.
Indonesia dan Korea Selatan
tengah bekerja sama merancang bangun pesawat tempur canggih bertajuk
Proyek KFX/IFX, yang digadang-gadang mampu menjawab keperluan pertahanan
pada dua dasawarsa mendatang.
Semula, dari sisi Korea
Selatan, Turki juga diajak bergabung untuk membangun pesawat tempur
bermesin dua yang diklaim bisa menandingi F-35 atau malah F-22 Raptor.
Turki yang juga canggih industri pertahanannya sempat bergabung namun
akhirnya meninggalkan mitra Korea Selatannya itu kemudian.
Menurut Ryacudu, PT Dirgantara
Indonesia juga diharapkan mencari terobosan dan inovasi teknologi baru
agar tidak tertinggal dari negara-negara lainnya.
Sementara itu, kata dia, dengan
penandatanganan ini seluruh program dan kegiatan terkait dengan
pembangunan dan penguasaan teknologi pesawat tempur dapat diselesaikan
dengan lancar dan tepat waktu.
"Momentum penandatanganan ini
harus menjadi pendorong semangat kerja kedua pihak untuk membuktikan
kerja sama ini sudah sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan," kata
bekas kepala staf TNI AD itu. Proyek KFX/IFX juga bukan mulus begitu
saja berjalan.
Dalam perjanjian secara antar
perusahaan itu, PT Dirgantara Indonesia dengan KAI akan melaksanakan
kerja sama yang meliputi fase produksi pesawat tempur KFX/IFX termasuk
perawatan, modifikasi, dan pembaruan.
Selain itu, potensi kerja sama
lainnya sesuai kapasitas dan kapabilitas kedua belah pihak yang akan
dilaksanakan secara simultan sejalan dengan pelaksanaan fase manajemen
rekayasa dan pengembangan alias EMD.
"Dengan begitu tinggi
persaingan ekonomi global dewasa ini, perlu adanya sikap antisipasi dan
komitmen kuat dari para pelaku industri strategis terutama dari PTDI,"
kata Ryacudu, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat.
Dia katakan itu saat
penandatanganan kesepakatan kerja sama strategis antara PT Dirgantara
Indonesia dan Korea Aerospace Industries (KAI). Duta Besar Korea Selatan
untuk Indonesia, Cho Tae Young, dan Direktur Utama PT Dirgantara
Indonesia, Budi Santoso, hadir juga.
Indonesia dan Korea Selatan
tengah bekerja sama merancang bangun pesawat tempur canggih bertajuk
Proyek KFX/IFX, yang digadang-gadang mampu menjawab keperluan pertahanan
pada dua dasawarsa mendatang.
Semula, dari sisi Korea
Selatan, Turki juga diajak bergabung untuk membangun pesawat tempur
bermesin dua yang diklaim bisa menandingi F-35 atau malah F-22 Raptor.
Turki yang juga canggih industri pertahanannya sempat bergabung namun
akhirnya meninggalkan mitra Korea Selatannya itu kemudian.
Menurut Ryacudu, PT Dirgantara
Indonesia juga diharapkan mencari terobosan dan inovasi teknologi baru
agar tidak tertinggal dari negara-negara lainnya.
Sementara itu, kata dia, dengan
penandatanganan ini seluruh program dan kegiatan terkait dengan
pembangunan dan penguasaan teknologi pesawat tempur dapat diselesaikan
dengan lancar dan tepat waktu.
"Momentum penandatanganan ini
harus menjadi pendorong semangat kerja kedua pihak untuk membuktikan
kerja sama ini sudah sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan," kata
bekas kepala staf TNI AD itu. Proyek KFX/IFX juga bukan mulus begitu
saja berjalan.
Dalam perjanjian secara antar
perusahaan itu, PT Dirgantara Indonesia dengan KAI akan melaksanakan
kerja sama yang meliputi fase produksi pesawat tempur KFX/IFX termasuk
perawatan, modifikasi, dan pembaruan.
Selain itu, potensi kerja sama
lainnya sesuai kapasitas dan kapabilitas kedua belah pihak yang akan
dilaksanakan secara simultan sejalan dengan pelaksanaan fase manajemen
rekayasa dan pengembangan alias EMD.
Credit ANTARA News