Jumat, 04 Desember 2015

PT DI dan KAI tanda tangani kesepakatan kerja sama


PT DI dan KAI tanda tangani kesepakatan kerja sama
Dokumentasi sejumlah teknisi memeriksa badan pesawat N219 usai acara Syukuran Pencapaian Tahap Validasi Rekayasa Rancang Bangun Struktur N219 di hanggar PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/11/15). (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)
... harus menjadi pendorong semangat kerja kedua pihak untuk membuktikan kerja sama ini sudah sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan...
Jakarta (CB) - Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, berharap agar PT Dirgantara Indonesia tetap eksis dalam dunia internasional sebagai perusahaan di bidang teknologi dan pembuatan pesawat terbang.

Sejatinya PT Dirgantara Indonesia dulu bernama Lembaga Persiapan Industri penerbangan pada 1961 yang diinisiasi seorang perwira AURI, Nurtanio Pringgodigdo, yang dibantu sahabatnya, Wiweko Supomo. Nurtanio memiliki visi jauh ke depan dan dia bisa dibilang pendiri basis rancang bangun pesawat terbang di Indonesia. 

Akan tetapi, tidak seperti di negara-negara maju tradisi dan industri penerbangannya, nama Nurtanio kemudian tidak lagi dipakai menjadi nama perusahaan yang dia bidani ini. Di Amerika Serikat, sebagai misal, nama-nama pendirinya banyak yang tetap dipergunakan, di antaranya Boeing Company (William Boeing, pada 1916). 

Berubah nama menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio pada 1976, perusahaan ini diubah lagi namanya menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara pada 1985, dan pada 2000 dinamai PT Dirgantara Indonesia. 

"Dengan begitu tinggi persaingan ekonomi global dewasa ini, perlu ada sikap antisipasi dan komitmen kuat dari para pelaku industri strategis terutama dari PT Dirgantara Indonesia," kata Ryacudu, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat.

Dia katakan itu saat penandatanganan kesepakatan kerja sama strategis antara PT Dirgantara Indonesia dan Korea Aerospace Industries (KAI). Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Cho Tae Young, dan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, hadir juga. 

Indonesia dan Korea Selatan tengah bekerja sama merancang bangun pesawat tempur canggih bertajuk Proyek KFX/IFX, yang digadang-gadang mampu menjawab keperluan pertahanan pada dua dasawarsa mendatang. 

Semula, dari sisi Korea Selatan, Turki juga diajak bergabung untuk membangun pesawat tempur bermesin dua yang diklaim bisa menandingi F-35 atau malah F-22 Raptor. Turki yang juga canggih industri pertahanannya sempat bergabung namun akhirnya meninggalkan mitra Korea Selatannya itu kemudian. 

Menurut Ryacudu, PT Dirgantara Indonesia juga diharapkan mencari terobosan dan inovasi teknologi baru agar tidak tertinggal dari negara-negara lainnya. 

Sementara itu, kata dia, dengan penandatanganan ini seluruh program dan kegiatan terkait dengan pembangunan dan penguasaan teknologi pesawat tempur dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.

"Momentum penandatanganan ini harus menjadi pendorong semangat kerja kedua pihak untuk membuktikan kerja sama ini sudah sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan," kata bekas kepala staf TNI AD itu. Proyek KFX/IFX juga bukan mulus begitu saja berjalan. 

Dalam perjanjian secara antar perusahaan itu, PT Dirgantara Indonesia dengan KAI akan melaksanakan kerja sama yang meliputi fase produksi pesawat tempur KFX/IFX termasuk perawatan, modifikasi, dan pembaruan.

Selain itu, potensi kerja sama lainnya sesuai kapasitas dan kapabilitas kedua belah pihak yang akan dilaksanakan secara simultan sejalan dengan pelaksanaan fase manajemen rekayasa dan pengembangan alias EMD.


"Dengan begitu tinggi persaingan ekonomi global dewasa ini, perlu adanya sikap antisipasi dan komitmen kuat dari para pelaku industri strategis terutama dari PTDI," kata Ryacudu, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat.

Dia katakan itu saat penandatanganan kesepakatan kerja sama strategis antara PT Dirgantara Indonesia dan Korea Aerospace Industries (KAI). Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Cho Tae Young, dan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, hadir juga. 

Indonesia dan Korea Selatan tengah bekerja sama merancang bangun pesawat tempur canggih bertajuk Proyek KFX/IFX, yang digadang-gadang mampu menjawab keperluan pertahanan pada dua dasawarsa mendatang. 

Semula, dari sisi Korea Selatan, Turki juga diajak bergabung untuk membangun pesawat tempur bermesin dua yang diklaim bisa menandingi F-35 atau malah F-22 Raptor. Turki yang juga canggih industri pertahanannya sempat bergabung namun akhirnya meninggalkan mitra Korea Selatannya itu kemudian. 

Menurut Ryacudu, PT Dirgantara Indonesia juga diharapkan mencari terobosan dan inovasi teknologi baru agar tidak tertinggal dari negara-negara lainnya. 

Sementara itu, kata dia, dengan penandatanganan ini seluruh program dan kegiatan terkait dengan pembangunan dan penguasaan teknologi pesawat tempur dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.

"Momentum penandatanganan ini harus menjadi pendorong semangat kerja kedua pihak untuk membuktikan kerja sama ini sudah sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan," kata bekas kepala staf TNI AD itu. Proyek KFX/IFX juga bukan mulus begitu saja berjalan. 

Dalam perjanjian secara antar perusahaan itu, PT Dirgantara Indonesia dengan KAI akan melaksanakan kerja sama yang meliputi fase produksi pesawat tempur KFX/IFX termasuk perawatan, modifikasi, dan pembaruan.

Selain itu, potensi kerja sama lainnya sesuai kapasitas dan kapabilitas kedua belah pihak yang akan dilaksanakan secara simultan sejalan dengan pelaksanaan fase manajemen rekayasa dan pengembangan alias EMD.


Credit  ANTARA News