Rabu, 02 Desember 2015

Kenapa Kemenkes Stop Riset Teknologi ECVT dan ECCT Warsito?


Kenapa Kemenkes Stop Riset Teknologi ECVT dan ECCT Warsito?

Penderita kanker otak, Willy setelah menggunakan alat terapi Warsito.
 
CB, Jakarta - Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat kepada PT Edward Technology untuk tidak melakukan pelayanan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) atau alat pemindai listrik dan Electro-Capacitative Cancer Therapy (ECCT) atau alat pembunuh sel kanker. Kedua teknologi itu dikembangkan oleh Warsito Purwo Taruno.

"Hal ini dikarenakan teknologi yang kami temukan dianggap belum mempunyai bukti ilmiah yang kuat untuk bisa digunakan sebagai alat diagnosis dan terapi kanker," kata Direktur PT Edwar Teknologi Fauzan Zidni dalam rilis tertulisnya, Selasa, 1 Desember 2015.

Menurut Fauzan pengembangan teknologi ini memang masih dianggap kontroversial di dunia medis. Hal ini karena alat ECVT dan ECCT menggunakan gelombang pinggiran (fringing effect method). Pada pengembangan teknologi, umumnya hanya memakai gelombang utama. Padahal gelombang pinggiran justru memiliki manfaat berkat pemanfaat algoritma soft-computing jaringan sarat tiruan.

Sebagai jalan tengah pada tahun 2012 PT Edward Technology menandatangani nota kesepahaman dengan Balitbangkes. Nota ini untuk melanjutkan kegiatan penelitian ECVT untuk pencitraan medis, dan penelitian pemanfaatan ECCT untuk terapi kanker.

Namun, perjanjian kerja sama hingga saat ini masih belum diberikan kepastian. Dengan anggaran pribadi penelitian ini tetap dilanjutkan. Penelitian untuk membuktikan ECCT dan ECVT dengan instansi penelitian lain yang memiliki kredibilitas tinggi.

Meski disebut bahwa teknologi yang digunakan belum memiliki bukti ilmiah, sebenarnya sudah ada penelitian yang membuktikan hal ini. Disertasi Dr. dr. Sahudi Salim, SpB(K)KL, di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) pada tahun 2015 menemukan mekanisme kematian sel ketika dipaparkan ECCT dan menyatakan alat ini berdasarkan bukti medis terbukti secara ilmiah bisa membunuh sel kanker.

Penelitian dari Firman Alamsyah, Ph.D biomedik lulusan Unuversity of Tokyo, beserta tim Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor (PSPP IPB) juga menunjukkan bahwa terapi ECCT efektif dalam mengurangi tingkat proliferasi sel kanker payudara dalam pengaturan kultur, dengan potensi yang sama dalam tumor payudara padat dalam model hewan.

Penelitian ini telah memperoleh penghargaan B.J. Habibie Technology Award 2015 dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kamis 20 Agustus 2015. Doktor lulusan Teknik Elektro Shizouka University Jepang sekaligus Direktur Edward Technology Warsito Purwo Taruno yang menemukan ECVT dan ECCT dinilai telah melahirkan inovasi sistem pemindai berbasis medan listrik statis yang diaplikasikan dalam dunia industri dan

Credit  TEMPO.CO