Pemerintahan AS mengecam pernyataan
kandidat calon presiden dari Partai Republik Donald Trump yang
mengatakan akan melarang imigran Muslim memasuki negara itu.
(Reuters/Gretchen Ertl)
"Apa yang disampaikan Donald Trump kemarin membuat dia terdiskualifikasi untuk menjadi presiden. Komentarnya sangat kasar dan beracun," ujar juru bicara Gedung Putih Josh Earnest, Rabu (8/12), dikutip Al Arabiya.
"Kalian akan mengalami lagi lebih banyak World Trade Center jika tidak mengatasinya, banyak sekali dan banyak lebih besar dari World Trade Center," kata Trump dalam wawancara dengan CNN merujuk pada serangan 9/11 yang meruntuhkan menara kembar WTC, mempertahankan pernyataannya.
Earnest mengatakan bahwa pernyataan Trump yang anti-Islam dan imigran itu tidak sesuai dengan konstitusi Amerika Serikat. Dia juga mengecam Partai Republik yang mendukung Trump untuk maju menjadi calon presiden.
"Pertanyaannya sekarang adalah soal anggota Partai Republik yang lain, apakah mereka ingin terseret ke dalam tempat sampah sejarah bersama Trump?" kata Earnest.
Ini adalah pernyataan keras yang jarang disampaikan pihak Gedung Putih terkait politisi dalam negeri. Trump sebelumnya juga menuai kecaman dari berbagai tokoh masyarakat di dalam dan luar negeri.
Bahkan Inggris telah membuat petisi yang ditandatangani lebih dari 250 ribu orang yang menolak Trump datang ke negara itu. Toko-toko di Timur Tengah menyatakan tidak akan lagi menjual produk Trump.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyatakan komentar Trump membahayakan hubungan luar negeri yang telah dibangun negara itu.
"Saat saya berkeliling dunia, jelas bagi saya bahwa sahabat dan musuh melihat dan mendengarkan setiap apa yang terjadi di AS, dan saya yakin komentar semacam itu tidak membangun - dan membahayakan diplomasi," kata Kerry.
CNN menuliskan bahwa Presiden Barack Obama juga menyampaikan protesnya, namun tanpa menyebut nama Trump, dalam pidatonya di peringatan 150 tahun berakhirnya perbudakan yang diatur dalam Amandemen Ke-13 Konstitusi Amerika.
"Harus diingat bahwa kebebasan kita tergantung dari kebebasan orang lain, terlepas dari rupa atau asal mereka, nama belakang mereka, atau keyakinan yang mereka anut," kata Obama.
Credit CNN Indonesia