Jumat, 17 April 2015

KSAU: Letkol Pnb Firman Foxhound Murid Saya Langsung


KSAU: Letkol Pnb Firman Foxhound Murid Saya Langsung 
 Letkol PnB. Firman Dwi Cahyono (detik.com)
 
 
Jakarta, CB -- Pesawat F-16 TS-1643 yang dipiloti oleh Letkol Pnb Firman Dwi Cahyono hari ini, Kamis (16/4) rencananya akan ikut fly pass dari Bandara Halim Perdanakusama pada acara pembaretan Presiden Jokowi sebagai Warga Kehormatan khusus TNI di Mabes TNI, Cilangkap. Nahas, saat Firman yang punya callsign (julukan nama udara) Foxhound ini gagal terbang. Mesin F-16 Blok 15 yang dipilotinya terbakar, roda bagian kirinya copot.

Firman berhasil lolos dari insiden itu, dengan sedikit luka di tubuhnya. Perlu kematangan seorang pilot untuk bisa tetap tenang agar bisa lolos dari situasi itu. Tampaknya, ketenangan itu didapatkan lelaki asal Surabaya lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1996 ini berkat jam terbangnya bersama F-16 yang tinggi. TNI sudah menyebut bahwa kegagalan ini bukan karena human error.

Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Agus Supriatna dalam konferes pers di Mabes TNI Cilangkap menyatakan Firman adalah pilot yang baik. "Dia (Firman) itu boleh dibilang murid saya langsung. Saya pernah komandan dia saat di Yogyakarta. Profil dia, bisa disebut sebagai yang kedua terbaik," kata Agus.

Selain insiden gagal terbang, kejadian lain yang penting bagi Foxhound terjadi pada Selasa 20 Agustus 2013. Foxhound mencapai 2.000 jam terbangnya sebagai pilot tempur F-16. Capaian 2.000 jam terbang itu saat dia misi Air Combat Manuver (ACM) di area Over The Field Medium dengan ketinggian 15.000 feets. Waktu itu, dia masih menjadi Kasi Opslat, Disops Lanud Iswahyudi, Madiun.

Pencapaian 2.000 jam terbang sebagai pilot pesawat tempur F-16 adalah kebanggaan tersendiri. Karena itu, Foxhound mendapatkan penyebatan badge 2.000 jam terbang dan siraman air kembang oleh Komandan Wing 3 waktu itu, Kolonel PnB Minggit Tribowo.

Raihan 2.000 jam terbang ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi penerbang. Setidaknya perlu 15 tahun bagi Foxhound untuk mencapai itu. Begitu dia lulus sekolah penerbang pada 1998, Foxhound langsung menjadi penerbang tempur Skadron 3 Lanud Iswahyudi, Madiun.

Bukan hanya kemampuan teknis menerbangkan pesawat tempur saja yang dimiliki Foxhound. Lelaki berusia 41 tahun ini juga memiliki pengetahuan soal strategi dan kebijakan yang bagus. Pada 2011 dia meraih gelar Master of Arts dari University of New South Wales untuk bidang strategi dan kebijakan. Saat dia bersekolah di sana, dia juga masuk di Australian Defence College untuk kursus komando dan staf.

Sejak 3 Desember 2014, dia menjadi Komandan Skadron Udara 16 di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru. Foxhound juga adalah komandan pertama Skadron Udara 16 yang mengoperasikan pesawat F-16 C/D.


Credit  CNN Indonesia