Menurut kesepakatan bersejarah itu, Iran harus mengurangi program nuklirnya, termasuk persediaan uranium hasil pengayaan --yang direncanakan akan ditukar dengan bentuk uranium tanpa pengayaan dengan Rusia.
Pertukaran itu akan dilakukan sebelum akhir tahun ini, kata utusan Rusia untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Vladimir Voronkov, kepada para wartawan di Wina.
Iran telah mengajukan syarat yang harus dipenuhi sebelum pihaknya memenuhi semua janji di bawah kesepakatan yang dicapai pada Juli itu. Iran meminta dewan gubernur IAEA secara resmi menutup penyelidikan terkait nuklir Iran dengan mengeluarkan sebuah resolusi pada 15 Desember.
"Kami berharap bahwa pada saatnya nanti rancangan resolusi akan dibagikan kepada semua negara anggota IAEA," kata Voronkov setelah melakukan pertemuan dengan para utusan dari Amerika Serikat, Tiongkok, Prancis, Inggris, Jerman, Uni Eropa serta Iran di Wina.
Ketika ditanya apakah ia melihat Irak akan puas dengan resolusi tersebut, ia mengatakan, "Tampaknya demikian."
Laporan IAEA soal nuklir Iran, yang dikeluarkan pada pekan lalu, menduga keras bahwa Teheran pada 2003 memiliki program senjata nuklir yang terkoordinasi. Namun, sebagai sebuah tanda perubahan hubungan sejak Juli, diplomat-diplomat Barat tidak terlihat peduli.
Kepala juru runding nuklir Iran Abbas Araqchi mengatakan Iran menolak penemuan-penemuan yang tercantum dalam laporan menyangkut program nuklir negaranya sebelum tahun 2003. Namun, ia menambahkan bahwa, secara keseluruhan, laporan tersebut menunjukkan bahwa Iran mmenjalankan kegiatan terkait atom untuk tujuan damai., demikian Reuters.
credit ANTARA News