Senin, 20 Maret 2017
Polisi Thailand Gagalkan Rencana Pembunuhan Perdana Menteri
BANGKOK - Polisi Thailand mengatakan mereka telah membongkar rencana untuk membunuh perdana menteri negara itu. Polisi Thailand berhasil mengagalkan rencana itu setelah merebut gudang senjata milik seorang buronan aktivis anti junta militer.
Polisi menemukan puluhan senapan dan granat serta ribuan amunisi di rumah milik pemimpi kaos merah Wuthipong Kochathamakun, yang buron sejak kudeta militer. Polisi juga menangkap sembilan orang terkait penemuan senjata itu. Polisi juga menyatakan memiliki bukti yang jelas terkait tersangka dan jaringannya yang bertujuan untuk menimbulkan kerusuhan.
Ini adalah temuan terbaru cadangan senjata milik anggota gerakan kaos merah, sebuah kelompok politik yang setia kepada Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang diasingkan.
"Kami menemukan senapan dengan pengeker. Kami jamin bahwa ini bukan untuk menembak burung tapi akan digunakan untuk membunuh pemimpin negara," kata Kepala Polisi Thailand, Jakthip Chaijinda, Minggu, mengacu kepada Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha seperti dikutip dari Reuters, Minggu (19/3/2017).
Kepala polisi Jakthip menyebut tidak ada bukti lain dari rencana pembunuhan tersebut. Namun ia mengatakan bahwa Wuthipong dan jaringannya selalu menentang junta dan kelompok ini di media sosial diprediksi akan membunuh perdana menteri.
Polisi mengatakan kelompok itu merencanakan penyergapan jika para pejabat melanjutkan operasi di kuil Buddha berpengaruh, yang dipandang memiliki hubungan dengan Thaksin. Polisi Thailand mengakhiri pencarian mereka di candi Dhammakaya awal bulan ini setelah mengepung selama lebih dari tiga minggu tanpa menemukan bekas biara yang dicari karena diduga melakukan pencucian uang.
Prayuth Chan-ocha, yang saat itu menjabat sebagai panglima militer, menggulingkan pemerintahan Yingluck Shinawatra yang merupakan adik Thaksin dalam kudeta tahun 2014. Pemerintahan juntanya menemukan puluhan gudang senjata milik kelompok mereka yang mengaku setia kepada klan Shinawatra.
Junta mengatakan stok senjata menunjukkan ada kelompok yang berusaha untuk menciptakan instabilitas dan membenarkan tindakan mereka merebut kekuasaan.
Credit sindonews.com