Senin, 06 Maret 2017

Menlu Retno Buka Pertemuan Tingkat Menteri KTT IORA Ke-20


 Menlu Retno Buka Pertemuan Tingkat Menteri KTT IORA Ke-20
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat membuka pertemuan tingkat menteri KTT IORA di Ruang Cendrawasih 3, gedung Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, 6 Maret 2017. TEMPO/Yohanes Paskalis
 
CB, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Retno L. P. Marsudi resmi membuka pertemuan setingkat menteri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Indian Ocean Rim Association (IORA) ke-20, yang dihadiri delegasi 21 negara anggota organisasi tersebut. Dalam pembukaan, Retno mengingatkan sejumlah tantangan era modern yang berdampak pada negara-negara di kawasan Samudera Hindia.

"Sejak pertemuan di Bali tahun lalu, kita terus menyaksikan munculnya sejumlah tantangan dan konflik," ujar Retno dalam sambutannya di Ruang Cendrawasih 3, Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 6 Maret 2017.



Tantangan yang muncul menurut dia beragam, mulai dari terorisme, isu pengungsi, perdagangan obat ilegal, perubahan iklim, hingga perubahan arus politik serta perekonomian global. Tantangan itu, kata Retno, memicu ketidakpastian antar kelompok, di berbagai negara.

Dia berujar setiap negara memiliki pilihan untuk membangun dan menjaga situasi kondusif.
"Saya yakin kehadiran Anda semua, setiap anggota IORA di sini, ingin berbuat sesuatu," tutur Retno.

Retno menekankan pentingnya setiap anggota IORA mengadopsi Action Plan, yang dirancang, untuk kemudian diterapkan dalam jangka pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang.


Ada pula rencana menyepakati deklarasi pencegahan terorisme dan aksi radikal. "Itu sebagai refleksi komitmen kita menjaga stabilitas, dan mendorong pesan toleransi," ujar Retno.

Kegiatan KTT IORA ke-20 dihadiri 21 negara anggota IORA, dan tujuh negara mitra dialog. Pertemuan kali ini bertema 'Strengthening Maritime Cooperation for Peaceful, Stable, and Prosperous Indian Ocean'. Bila sesuai rencana, acara puncak pertemuan ini akan dihadiri oleh 14 kepala negara di hari ketiganya, Selasa, 7 Maret 2017.

Credit  TEMPO.CO

KTT IORA Akan Hasilkan Empat Dokumen Kerja Sama

KTT IORA Akan Hasilkan Empat Dokumen Kerja Sama

Sejumlah delegasi negara-negara yang mengikuti Indian Ocean Rim Association (IORA) berfoto bersama sebelum memulai acara hari ini, di Jakarta Convention Center, 5 Maret 2017. TEMPO/Diko
 
CB, Jakarta - Konferensi Tingkat Tinggi Indian Ocean Rim Association atau KTT IORA akan menghasilkan empat dokumen, untuk mendorong kawasan Samudera Hindia menjadi damai, stabil, dan sejahtera. Hal ini disampaikan oleh Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri, Siti Sofia Sudarma.

"KTT IORA akan menghasilkan empat dokumen yang akan disepakati oleh para kepala negara anggota IORA," kata Siti Sofia Sudarma di dalam keterangan tertulisnya, Ahad 5 Maret 2017.



Menurut Siti, Indonesia memandang bahwa IORA perlu dikembangkan untuk memperkuat regionalisme dan mendorong budaya dialog. "Upaya itu dilakukan melalui pengembangan norma, rules of engagement, dan kelembagaan," ujar Siti.

Siti menjelaskan manfaat kawasan Samudra Hindia bagi Indonesia, di antaranya sebagai sumber investasi yang potensial dengan total nilai mencapai US$ 3,05 miliar, atau 41 persen dari seluruh nilai realisasi investasi "Kawasan Samudera Hindia merupakan salah satu sentra pariwisata dunia yang mampu menarik 121,8 juta wisatawan bernilai US$ 146,8 miliar."




Keempat dokumen yang akan dihasilkan dari KTT IORA antara lain adalah IORA Concord, IORA Action Plan, IORA Declaration on Preventing and Countering Terorism and Violent Extrimism dan Joint Declaration of the IORA Bussiness Community to Build Partnerships For a Sustainable and Equitable Economic Growth.

Keempat dokumen tersebut, sudah dibahas pada pertemuan tingkat pejabat tinggi pada hari ini, dan sudah mendapatkan dukungan dari 21 anggota IORA dan tujuh mitra dialog. Kemudian, secara berjenjang akan diskusikan pada level menteri pada Senin 6 Maret, lalu setelah itu akan disahkan pada tingkat kepala negara atau perdana menteri pada Selasa 7 Maret.



Dokumen yang paling utama yakni IORA Concord yang juga disebut sebagai Jakarta Concord, merupakan dokumen strategis yang berisi visi dan norma kerja sama IORA kedepannya, untuk memperkuat arsitektur regional dalam menghadapi tantangan di kawasan. Kedua IORA Action Plan, dokumen yang memuat aksi untuk implementasi Jakarta Concord dan memperkuat implementasi komitmen area prioritas dan lintas sektoral.

Ketiga, IORA Declaration on Preventing and Countering Terrorism and Violent Extremism yakni kesepakatan bersama negara-negara anggota IORA mengenai pentingnya memerangi terorisme dan kekerasan ektrimis. Terakhir, Joint Declaration of the IORA Bussiness Community to Build Partnerships for a Sustainable Economic Growth memperkuat kerja sama dan kemitraan untuk perluasan dan diversikasi perdagangan dan investasi, dengan fokus pada UKM.

Credit  TEMPO.CO

KTT IORA, Myanmar Dianggap Sebagai Calon Anggota Potensial

KTT IORA, Myanmar Dianggap Sebagai Calon Anggota Potensial

Sejumlah delegasi negara-negara yang mengikuti Indian Ocean Rim Association (IORA) berfoto bersama sebelum memulai acara hari ini, di Jakarta Convention Center, 5 Maret 2017. TEMPO/Diko
 
CB, Jakarta - Panitia penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi Indian Ocean Rim Summit  atau KTT IORA 2017 mengundang Myanmar untuk hadir, dan menjadi satu-satunya negara non anggota IORA yang hadir. Namun Myanmar sangat diharapkan untuk bergabung dengan organisasi ini oleh para anggota IORA.

"Kami berharap mereka akan bergabung dengan kami," kata Sekretaris Jenderal Indian Ocean Rim Association (IORA) K.V. Bhagirath saat ditemui di Jakarta Convention Center, Ahad, 5 Februari 2017.



Bhagirath menuturkan pihaknya mengharapkan Myanmar sudah bisa menjadi anggota IORA di akhir tahun nanti. Saat ini, kata Bhagirat, baik IORA sebagai organisasi dan juga Myanmar sedang berdiskusi mengenai potensi bergabungnya Myanmar ke IORA.

Menurut Bhagirath, sampai sejauh ini pihaknya tidak melihat apa yang terjadi di internal Myanmar sebagai masalah dalam bergabung Myanmar. "Tidak juga, kami tak melihat masalah internal (Myanmar)," ujar Bhagirath.


Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, Desra Percaya, mengatakan Myanmar merupakan negara yang sangat potensial untuk menjadi anggota baru IORA di masa yang akan datang. Karena alasan itulah mereka diundang.

Meski begitu, Desra mengungkapkan di dalam pertemuan-pertemuan yang terjadi hari ini, belum ada pembicaraan mengenai penambahan anggota baru IORA. "Saat ini tidak, karena disepakati untuk tidak dibahas dan itu memerlukan konsensus," kata Desra.
Credit  TEMPO.CO