HAMBURG
- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menuduh Jerman
mempengaruhi warga Turki yang berada di Jerman terkait referendum yang
akan digelar Ankara. Referendum di Turki pada April nanti untuk
perluasan kekuasaan presiden di negara tersebut.
"Ini adalah
obstruksi sistematis, dan Jerman menerapkan tekanan sistematis pada
warga negara kami. Ini tidak bisa diterima. Kami selalu ingin melihat
Jerman sebagai teman, tapi pendekatan sistematis anti-Turki oleh Jerman
tidak sesuai dengan persahabatan kami,” kata Cavusoglu, kemarin, di
kediaman Konsulat Jenderal Turki di Hamburg, seperti dikutip dari Cumhuriyet, Rabu (8/3/2017).
Pertemuan Menlu Turki itu semestinya digelar di bangunan lain. Namun dibatalkan karena dilaporkan ada tekanan dari Jerman.
”Kami
tetap berpegang pada prinsip bahwa kita tidak harus ikut campur dalam
politik internal negara yang ramah,” ujar Cavusoglu. ”Jerman tidak boleh
campur tangan dalam politik kami, dalam referendum kami,” imbuh dia.
”Jangan memberi kami pelajaran dalam hal-hal lain seperti hak asasi manusia dan demokrasi,” katanya.
Menteri
Turki itu mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya bahwa pertemuan
orang Turki di Jerman dengan para pejabat Ankara telah dibatalkan di
Jerman. Menurutnya, pemerintah di Berlin sedang mencoba untuk mengubah
sikap warga Turki terhadap referendum pada bulan April nanti terkait
perluasan kekuasaan presiden di Turki.
Pada hari Jumat lalu,
Cavusoglu juga menuduh Jerman mengejar kebijakan standar ganda terhadap
Turki. Menurutnya, Ankara tidak akan "terintimidasi” oleh sikap Jerman.
Komentar itu muncul setelah Kota Jerman selatan, Gaggenau, membatalkan
kunjungan Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag, yang berencana untuk
memberikan pidato untuk mendukung referendum.
Credit sindonews.com