BRUSSELS - Presiden
Dewan Eropa Donald Tusk menyebut pernyataan Turki yang menyebut Belanda
sebagai ibukota fasisme dunia adalah keterlaluan. Menurutnya, itu
benar-benar tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Tusk
mengatakan, Belanda khususnya Roterrdam adalah salah satu tempat yang
hancur pada saat Nazi beraksi pada perang dunia II lalu. Oleh karena
itu, menyebut Belanda sebagai ibukota fasisme dunia adalah sesuatu yang
keterlaluan.
"Rotterdam, kota Erasmus, benar-benar hancur oleh
Nazi, yang kini memiliki walikota yang lahir di Maroko. Jika ada yang
melihat fasisme di Rotterdam, mereka benar-benar terlepas dari
realitas," kata Tusk, seperti dilansir Reuters pada Rabu (15/3).
Sementara
itu, Presiden Komisi Eropa Jean Claude Juncker, mengatakan pernyataan
yang dikeluarkan Turki terhadap Belanda membuat negara tersebut semakin
jauh dari menjadi anggota Uni Eropa (UE).
Sebelumnya, Turki
menilai UE menujukan nilai-nilai demokrasi yang selektif dengan
memberikan pembelaan kepada Belanda. Menurut Ankara, UE harusnya
mengambil sikap netral dalam hal ini.
"Rekan-rekan UE menunjukan
nilai-nilai demokrasi dan hak-hak dasar dan kebebasan yang selektif.
Hal ini sangat memalukan bagi UE untuk bersembunyi di balik solidaritas
antar anggota dan berdiri dengan Belanda, yang jelas melanggar hak asasi
manusia dan nilai-nilai Eropa," kata Kementerian Luar Negeri Turki
dalam sebuah pernyatan.
Credit sindonews.com