Kepala Badan Energi Atom Internasional
PBB (IAEA) Yukiya Amano pesimistis solusi diplomatik bisa meredam
ambisi nuklir Pyongyang. (Foto: REUTERS/Leonhard Foeger)
"Situasi ini sangat buruk, fasilitas uranium telah masuk ke fase baru. Seluruh indikasi benar menunjukkan bahwa Korut telah membuat kemajuan seperti yang selama ini mereka katakan," kata Amano kepada The Wallstreet Journal seperti dikutip AFP, Selasa (21/3).
Korut juga sejak lama meningkatkan persediaan plutonium mereka dengan mengaktifkan kembali reaktor nuklirnya di daerah Yongbyon.
Januari lalu, Korea Selatan menuturkan, Korut memiliki pasokan plutonium yang cukup untuk membuat setidaknya 10 bom nuklir. Selain itu, Seoul juga menganggap Pyongyang mempunyai kemampuan "cukup besar" untuk memproduksi senjata berbasis uranium yang diperkaya dalam tingkat tinggi.
Kekhawatiran internasional akan kapasitas militer dan nuklir Pyongyang kian meningkat menyusul serangkaian uji coba rudal dan nuklir yang dilakukan rezim Kim Jong-un dalam beberapa tahun terakhir.
Awal bulan ini, Korut bahkan menembakkan empat peluru kendali yang tiga di antaranya memasuki zona ekonomi eksklusif Jepang.
Uji coba itu disebut Korut bagian dari latihan militer yang ditunjukkan sebagai persiapan menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Jepang.
Minggu pekan lalu, Pyongyang juga menguji mesin roket baru mereka, bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson ke Korea Selatan, China, dan Jepang yang turut membahas krisis nuklir Korut di kawasan.
Di Jepang, Tillerson menganggap bahwa upaya denuklirisasi Korut yang telah berjalan selama dua dekade ini tak kunjung membuahkan hasil.
Dia menganggap, sudah habis kesabaran Washington menggunakan pendekatan "strategi kesabaran" untuk menghadapi Korut dan menyatakan pendekatan baru harus mulai dilakukan.
Tillerson tak segan menyebut bahwa cara militer mungkin AS lakukan jika Korut terus-menerus mengancam keamanan AS dan sekutunya di kawasan menggunakan propaganda nuklirnya.
Credit CNN Indonesia