Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Senin, 15 April 2019
Krisis Komunikasi AS dan Rusia Berpotensi Menjadi Perang Nuklir
WASHINGTON
- Sejumlah pejabat militer, politisi dan pakar Amerika Serikat (AS)
mengatakan krisis komunikasi antara Moskow dan Washington berpotensi
berubah menjadi perang nuklir. Salah satu pejabat militer Washington
merasa perlu untuk berkomunikasi yang lebih baik dengan militer Moskow.
"Selama
Perang Dingin, kami memahami sinyal satu sama lain. Kami berbicara,"
kata Jenderal Angkatan Darat AS Curtis Scaparrotti, yang merupakan
demisioner Komandan Tertinggi Sekutu NATO Eropa. "Saya khawatir kita
juga tidak mengenal mereka hari ini."
Menurut Scaparrotti,
komunikasi yang jauh lebih intensif dengan Rusia diperlukan. Dia secara
pribadi bertemu dengan kepala staf umum Rusia, Jenderal Valery
Gerasimov, hanya dua kali tetapi memiliki sejumlah percakapan telepon
selama dinasnya.
"Saya pribadi berpikir komunikasi adalah bagian yang sangat penting dari pencegahan," kata Scaparrotti, seperti dikutip dari Sputnik,
Senin (15/4/2019). Menurutnya, dengan mengetahui kemampuan dan niat
masing-masing akan lebih kecil kemungkinannya masuk ke dalam konflik
secara langsung.
"Jadi, saya pikir kita harus memiliki lebih
banyak komunikasi dengan Rusia. Itu akan memastikan bahwa kita saling
memahami dan mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan," ujarnya.
Gagasan
Scaparotti adalah cerminan dari James Stavridis, seorang pensiunan
jenderal Angkatan Laut yang juga Komandan Tertinggi Sekutu NATO Eropa
periode 2009-2013.
Stavridis mengatakan Barat harus menghadapi
Rusia bila perlu. Namun, dia juga menyerukan peningkatan komunikasi
antara kedua negara. Menurut Stavridis, ada ruang untuk kerja sama
antara kedua militer, termasuk pada isu-isu yang berkaitan dengan
wilayah Arktik dan kontrol senjata.
"Kami dalam bahaya tersandung mundur ke dalam Perang Dingin yang tidak menguntungkan siapa pun," kata Stavridis dalam email kepada AP.
"Tanpa keterlibatan tingkat politik yang mantap antara
perusahaan-perusahaan pertahanan, risiko Perang Dingin baru yang
sesungguhnya akan meningkat dengan mantap."
Sam Nunn, mantan
Senator Demokrat Georgia, mencatat bahwa dialog dengan Rusia terlalu
penting untuk dikesampingkan, bahkan jika dialog semacam itu menimbulkan
kontroversi politik di dalam negeri.
"Anda tidak bisa membatalkan waktu," katanya. "Masalah nuklir terus berlanjut, dan itu semakin berbahaya," ujarnya.
Nunn, bersama dengan mantan Menteri Luar Negeri George Shultz dan mantan Menteri Pertahanan William Perry, dalam kolom opini Wall Street Journal
pada Kamis lalu mengatakan bahwa AS harus terlibat pembicaraan lagi
dengan Rusia untuk memastikan senjata nuklir tidak menyebar dan tidak
pernah digunakan lagi.
"Pergeseran kebijakan yang berani
diperlukan untuk mendukung keterlibatan kembali secara strategis dengan
Rusia dan mundur dari jurang berbahaya ini. Jika tidak, negara-negara
kita akan segera terjebak dalam kebuntuan nuklir yang lebih berbahaya,
membingungkan, dan lebih mahal secara ekonomi daripada Perang Dingin,"
tulis trio pakar tersebut.