Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Selasa, 16 April 2019
Cegah Pengaruh Rusia dan China di Venezuela, AS Kembangkan Opsi Militer
WASHINGTON
- Pentagon sedang mengembangkan opsi militer baru untuk Venezuela guna
menghalangi pengaruh Rusia, Kuba dan China dalam rezim Presiden Nicolas
Maduro. Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat pertahanan Amerika
Serikat (AS).
Opsi pencegahan sedang diperintahkan menyusul
pertemuan Gedung Putih minggu lalu di mana penasihat keamanan nasional
John Bolton mengatakan kepada penjabat Sekretaris Pertahanan Patrick
Shanahan untuk mengembangkan gagasan tentang krisis Venezuela.
Pejabat
pertahanan AS itu sangat menekankan bahwa pekerjaan awal sedang
dilakukan oleh Staf Gabungan Pentagon, yang melakukan perencanaan untuk
operasi militer masa depan bersama dengan Komando Selatan, yang
mengawasi setiap keterlibatan militer AS di belahan bumi selatan.
Meskipun
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo baru-baru ini mengatakan bahwa semua
opsi terkait Venezuela tetap di atas meja, beberapa pejabat Pentagon
terus mengatakan tidak ada keinginan di Departemen Pertahanan untuk
menggunakan kekuatan militer AS melawan rezim Venezuela guna mencoba
memaksanya lengser dari kekuasaan.
Sementara Presiden AS Donald
Trump telah meminta Maduro untuk lengser dan mengatakan Rusia harus
keluar dari Venezuela, tidak ada indikasi ia ingin pasukan AS untuk
melakukan aksi militer besar di sana.
Sebaliknya, opsi pencegahan
dapat mencakup latihan angkatan laut AS di wilayah terdekat untuk
menekankan bantuan kemanusiaan dan lebih banyak interaksi militer dengan
negara-negara tetangga. Idenya adalah untuk menantang gagasan Rusia,
Kuba atau China bahwa mereka dapat memiliki akses yang tidak tertandingi
ke wilayah tersebut.
"Pekerjaan perencanaan pendahuluan yang
dilakukan pada beberapa titik akan diteruskan ke Shanahan, yang pada
gilirannya kemudian akan memberikan gagasan kepada Gedung Putih," kata
pejabat itu seperti dilansir dari CNN, Selasa (16/4/2019).
AS
menyerukan Maduro untuk mundur pada Februari lalu, ketika Presiden
Majelis Nasional Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden
sementara dengan alasan bahwa Pemilu 2018 telah dicurangi. Sejak itu,
ketegangan meningkat ketika pejabat senior AS mengulangi seruan mereka
agar militer meninggalkan Maduro, sementara Maduro menyalahkan AS atas
masalah Venezuela.
Dalam pidatonya untuk memperingati 17 tahun
kudeta yang gagal terhadap almarhum Presiden Venezuela Hugo Chavez pada
hari Sabtu, Maduro meminta semua warga Venezuela yang ingin terlibat dan
mempertahankan tanah air mereka untuk mendaftar dan berlatih dengan
militer untuk mencapai tujuan baru dari 3 juta anggota.
Maduro mengingatkan bahwa tahun lalu ia menetapkan tujuan 2 juta anggota militer
"Kami
telah menyelesaikan misi kami," ujarnya, menyerukan satu juta anggota
tambahan untuk bergabung dan mempertahankan wilayah dan perbatasan.
Maduro mengatakan dia akan memiliki total 3 juta atau lebih pasukan militer pada Desember 2019.
Sementara Pompeo, berbicara di Paraguay pada 13 April, menegaskan kembali bahwa semua opsi tetap di atas meja untuk Venezuela.
"Kami menyimpan semua opsi di atas meja karena itu sangat penting, karena kami tidak tahu bagaimana prosesnya," katanya.