Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Jumat, 05 April 2019
AS Desak Sekutu NATO Adaptasi dengan Ancaman Baru Rusia dan China
WASHINGTON
- Amerika Serikat (AS) mendesak sekutu-sekutu NATO untuk beradaptasi
menghadapi ancaman baru Rusia, China dan arus migrasi yang tak
terkendali. Desakan disampaikan Menteri Luar Negeri Michael Pompeo.
Pompeo
menyampaikan seruannya pada awal pertemuan para menteri luar negeri
Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Washington hari
Kamis. Pertemuan itu menandai peringatan 70 tahun aliansi militer
transatlantik.
"Kita harus menyesuaikan aliansi kita untuk
menghadapi ancaman yang muncul, entah itu agresi Rusia, migrasi yang
tidak terkendali, serangan dunia maya, ancaman terhadap keamanan energi,
kompetisi strategis China termasuk teknologi dan 5G, dan banyak masalah
lainnya," kata Pompeo.
Dalam
dokumen strategi 2018, militer AS menempatkan serangan balasan terhadap
China dan Rusia di jantung strategi pertahanan nasional baru.
Sesi
pertama pertemuan para menteri luar negeri NATO berfokus pada cara-cara
untuk mencegah Rusia, termasuk di Laut Hitam tempat militer Moskow
menangkap tiga kapal Angkatan Laut Ukraina tahun lalu. Sekretaris
Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta Moskow untuk membebaskan
kapal-kapal Ukraina dan para awaknya.
Lebih lanjut, Pompeo
menyinggung apa yang dia sebut sebagai pelanggaran Rusia terhadap
Perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) 1987 merupakan bagian
dari "pola perilaku tidak stabil."
Washington mengatakan akan
menarik diri dari perjanjian itu pada musim panas ini kecuali jika
Moskow mengakhiri pelanggaran perjanjian tersebut.
"Kami tidak
akan mencerminkan apa yang dilakukan Rusia," kata Stoltenberg. "Kami
akan diukur dan dikoordinasikan, dan kami tidak berniat mengerahkan
rudal nuklir yang diluncurkan di darat, di Eropa," paparnya.
Dalam sambutannya, Pompeo mengatakan NATO juga harus menghadapi perang siber yang meningkat, termasuk dari China.
Washington
telah memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan bermitra dengan
negara-negara yang mengadopsi sistem Huawei Technologies China, tetapi
telah berselisih tentang masalah dengan Uni Eropa, yang telah menolak
seruan AS untuk melarang perusahaan itu di seluruh blok. Sebagian besar
anggota NATO adalah negara-negara Uni Eropa.
Huawei berada di
bawah pengawasan badan-badan intelijen Barat karena dianggap memiliki
hubungan dengan pemerintah China dan kemungkinan peralatannya dapat
digunakan untuk spionase. Huawei berulang kali membantah terlibat dalam
pekerjaan intelijen untuk pemerintah mana pun.