Kamis, 09 November 2017

NATO Perluas Pusat Komando di Tengah Ketegangan dengan Rusia


NATO Perluas Pusat Komando di Tengah Ketegangan dengan Rusia
NATO membentuk dua pusat komando baru di Eropa di tengah ketegangan dengan Rusia. Foto/Istimewa


BRUSSELS - NATO memperkuat struktur komando di Eropa untuk pertama kalinya sejak berakhirnya Perang Dingin. Keputusan ini diambil di tengah tanda-tanda meningkatnya ketegangan dengan Rusia.

Pada pertemuan di Brussels, para menteri pertahanan anggora NATO sepakat untuk membuat dua pusat komando baru. Kedua pusat komando itu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan aliansi untuk menanggapi konflik di Eropa.

Salah satu dari dua pusat komando tersebut akan mengkoordinasikan pergerakan pasukan di Eropa, sementara yang lainnya akan fokus pada keamanan maritim di Atlantik, dengan tujuan memastikan bahwa pasukan Amerika Serikat (AS) dapat menyeberangi lautan sehingga mereka bisa sampai ke tempat yang mereka butuhkan.

Aliansi tersebut juga sepakat untuk mengintegrasikan keamanan cyber security ke semua operasi NATO untuk pertama kalinya.

"NATO terus beradaptasi untuk abad ke-21 sehingga kita dapat menjaga keamanan orang-orang di dunia yang lebih menantang," kata sekretaris jenderal NATO Jens Stoltenberg seperti disitir dari Independent, Kamis (9/11/2017).

"Struktur komando kami adalah tulang punggung aliansi. Ini telah berkembang selama beberapa dekade, untuk mencerminkan perubahan kondisi keamanan. Dan itu harus terus berkembang agar tetap kokoh, gesit dan sangat sesuai untuk tujuan," imbuhnya.

Pusat komando baru membawa jumlah pusat komando NATO total menjadi sembilan, naik dari sebelumnya yang berjumlah tujuh. Pembentukan mereka merupakan pembalikan dari kebijakan pemotongan yang telah berlaku sejak tahun 1990-an.

Stoltenberg juga mengatakan bahwa dia berharap bisa bekerja sama dengan Gavin Williamson, Menteri Pertahanan baru Inggris, yang menggantikan Michael Fallon yang mengundurkan diri menyusul tuduhan melakukan pelecehan seksual.

"Mitra dan sekutu Inggris sangat andal, karena Inggris berkontribusi terhadap Aliansi dengan berbagai cara," kata Stoltenberg.

"Saya menyambut baik komitmen kuat Inggris terhadap NATO dan berbagai misi dan operasi NATO yang berbeda," lanjutnya.

"Kita harus ingat bahwa Inggris memiliki anggaran pertahanan terbesar kedua. Di sebelah Amerika Serikat, tidak ada orang lain yang berinvestasi lebih banyak dalam pertahanan daripada di Inggris," tutur Stoltenberg. 

"Dan Inggris memimpin salah satu kelompok perang yang kami gunakan di negara-negara Baltik. Mereka bertanggung jawab atas Force Respon kami, dan mereka hadir di Afghanistan," sambungnya.

"Jadi saya berharap bisa menyambut Menteri Pertahanan baru ke pertemuan hari ini, tapi juga untuk mengadakan pertemuan bilateral dengannya besok. Jadi Williamson adalah pria yang saya harapkan bisa bekerja sama, dan terus menyesuaikan aliansi dengan Inggris," tukasnya.

Stoltenberg juga menyambut baik komitmen Inggris untuk membelanjakan lebih dari 2 persen PDB untuk pertahanan, dengan mengatakan bahwa pengeluaran tersebut sekarang meningkat di seluruh Eropa setelah Inggris memimpin "menjadi contoh".





Credit  sindonews.com



NATO sepakat dirikan markas militer baru untuk lindungi Eropa


NATO sepakat dirikan markas militer baru untuk lindungi Eropa
Sekjen NATO Jens Stoltenberg (REUTERS/Kazuhiro Nogi/Pool)



Brussel (CB) - Para sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Rabu, mendukung rencana pendirian dua markas militer baru yang akan melindungi Eropa saat terjadi konflik dengan Rusia.

Keputusan tersebut meletakkan dasar bagi perluasan terbesar persekutuan militer itu dalam beberapa dekade, lapor Reuters.

Dengan harapan untuk menambah faktor pencegah terhadap Rusia, para menteri pertahanan NATO sepakat untuk membentuk sebuah komando Atlantik dan sebuah komando logistik untuk dapat melancarkan tindakan lebih cepat terhadap ancaman-ancaman di Eropa, kata sejumlah pejabat.

"(Pendirian markas) ini penting bagi persekutuan transatlantik kita," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam jumpa pers.

"Ini menyangkut soal bagaimana menggerakan kekuatan di seluruh Atlantik dan bagaimana menggerakkan kekuatan di seluruh Eropa."

Biaya pendirian markas belum akan dibahas sampai 2018 namun pembangunan kedua markas baru telah mendapat dukungan luas.

Kedua pusat komando baru itu juga menunjukkan pusat perhatian NATO terhadap tugas tradisionalnya, yaitu menjaga wilayah setelah operasi-operasi yang dijalankannya di Balkan, Libya dan Afghanistan dalam beberapa tahun belakangan ini.

Jerman sangat ingin menjadi tuan rumah keberadaan komando logistik, kata beberapa diplomat, mengingat lokasinya yang stragis melintas Eropa tengah. Lokasi tersebut memungkinkan pergerakan peralatan dan personel menuju perbatasan bisa berlangsung cepat saat konflik terjadi.

Negara-negara maritim seperti Portugal, Spanyol, Prancis dan Amerika Serikat bisa menjadi lokasi komando Atlantik, menurut para diplomat. Namun, keputusan soal itu belum diambil.

Dalam tanggapan terhadap pencaplokan yang dilakukan Rusia pada 2014 terhadap semenanjung Krimea milik Ukraina, NATO sudah menempatkan pasukan secara bergilir di Polandia negara-negara Baltik serta memperkuat keberadaanya di Laut Hitam dan berupaya memodernisasi pasukannya.

Rusia telah meningkatkan patroli angkatan lautnya di Laut Baltik, Atlantik utara dan Arktik serta mengerahkan kapal-kapal selam, kata sejumlah pejabat NATO, kendati kekuatan angkatan laut negara itu saat ini lebih kecil dibandingkan masa Perang Dingin.




Credit  antaranews.com