Ilustrasi. (Reuters/Yves Herman)
Perdana Menteri Belgia Charles Michel terpaksa menampik kekhawatiran “krisis politik” yang terjadi di negaranya karena pelarian mantan pemimpin Catalan dari proses penegakan hukum.
Terkait langkah pengasingan ini, Puigdemont sempat menyatakan ingin membawa masalah Catalan ke jantung Eropa. Kini, analis bahkan menyebutnya telah menyuntikkan persoalan tersebut ke negara yang terpecah antara populasi berbahasa Perancis dan Belanda itu.
Masalah Catalonia memberikan dorongan kepada separatis di Flanders, wilayah sejahtera berbahasa Belanda di utara negeri tersebut, yang merupakan bagian dari koalisi pimpinan Michel. PM yang telah menjabat sejak 2014 itu adalah bagian dari populasi berbahasa Perancis.
Persoalan Catalan juga memicu ketegangan antara Brussels dan Madrid, di mana para politikus berbahasa Belanda di Belgia membandingkan pemerintahan Spanyol saat ini dengan kediktatoran Jenderal Fracisco Franco. Sebaliknya, para politikus Negeri Matador mengungkit keterkaitan mereka dengan Nazi di masa lalu.
“Kita masih jauh dari perpecahan pemerintahan, tapi ini tetap jadi persoalan yang susah diselesaikan, sebuah duri di kaki pemerintahan Charles Michel,” kata Pascal Delwit, profesor politik di Universite libre de Bruxelles kepada AFP, Rabu (8/11).
Memanaskan Keadaan
Politik internal Belgia sangat labil, memegang rekor dunia sebagai negara paling lama yang tidak mempunyai pemerintahan, yakni 541 hari di periode 2010-2011.
Namun, Puigdemont tidak takut memainkan isu tersebut. Tampil di depan 200 wali kota Catalan di Brussels pada Selasa waktu setempat, tindakan pertama yang ia lakukan adalah berterima kasih kepada partai N-VA (Aliansi Belanda-Belgia Baru) yang menginginkan kampung halaman terpisah di Flanders.
N-VA sejak awal telah menunjukkan dukungan kepada Puigdemont yang kini tmenjadi buronan Spanyol di seluruh Eropa atas tudingan penghasutan dan pemberontakan, dan mendukung keinginan warga Catalan yang mereka nilai mengalami beban ekonomi yang sama.
Michel yang berasal dari Wallonia, daerah berbahasa Perancis di selatan Belgia, meminta para menterinya jangan memanaskan keadaan, tapi hal itu diabaikan.
Carles Puigdemont mengasing di Belgia. (Reuters/Yves Herman)
|
Kepala partai, Bart De Wever, kemudian mengecam sikap “Francoist” Madrid—dan mendapatkan rekan tak terduga yakni eks perdana menteri sosialis, Elio Di Rupo, yang mengamini pernyataannya.
Masalah bagi Michel kini adalah semakin lama Puigdemont berada di Belgia semakin parah juga masalah ini bergulir. Dan, hal itu bisa berlangsung selama berbulan-bulan, sementara hakim menentukan apakah dia bisa diekstradisi ke Spanyol.
Perenggangan hubungan Belgia dengan Madrid juga bisa dipertanyakan lebih jauh.
“Jika para hakim memutuskan untuk menolak permintaan Spanyol, maka akan terjadi krisis,” kata ilmuwan politik Emilie Van Haute.
Credit cnnindonesia.com