Selasa, 14 November 2017

Korea Utara Murka terhadap Australia, Ancam Timbulkan Bencana

Korea Utara Murka terhadap Australia, Ancam Timbulkan Bencana
Kantor berita Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA) merilis peluncuran rudal balistik Hwasong 12, pada 16 September 2017. Peluncuran ini memperlihatkan bahwa Korea Utara dapat menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Guam, yang jauhnya 3.400 km. KCNA via REUTERS

CB, Jakarta - Korea Utara mengeluarkan ancaman terbaru kepada Australia setelah negara itu bergabung dengan Amerika Serikat dan sekutunya memusuhi Kim Jong Un, dengan menyatakan akan terjadi bencana bagi negara Kangguru itu.
Pyongyang pada Sabtu, 14 Oktober 2017 mengecam kebijakan Australia sebagai tindakan berbahaya.

"Akhir-akhir ini, Australia menunjukkan langkah-langkah berbahaya dengan bergabung melakukan provokasi politik dan militer dengan Amerika Serikat yang menghina Korea Utara sementara provokasi ini memperburuk situasi Semenanjung Korea yang terus berlanjut," demikian pernyataan Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA).
Korea Utara juga mengecam langkah Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dan Menteri Pertahanan Marise Payne yang mengunjungi zona demiliterisasi pada Kamis, sehari sebelum mengadakan dua pertemuan dengan rekan-rekan Korea Selatan mereka di Seoul.
"Menteri luar negeri Australia secara pribadi menyatakan dukungannya untuk Amerika dan mempertimbangkan semua opsi termasuk penggunaan kekuatan bersenjata terhadap Korea Utara, dan muncul di Panmunjom ... bersama dengan menteri pertahanan Australia untuk mengecam Pyongyang selama kunjungannya ke Korea Selatan," ujar KCNA.

Selama kunjungan tersebut, keduanya menekankan perlunya "tekanan diplomatik maksimum" untuk mengendalikan ambisi nuklir Korea Utara.
Setelah pertemuan di Seoul, keduanya juga mengeluarkan pernyataan bersama yang menentukan semua tindakan yang diperlukan untuk Korea Utara guna memenuhi kewajiban internasionalnya dan meminta Pyongyang untuk menahan diri dari perilaku provokatif dan meniadakan semua senjata nuklir dan programnya.
KCNA mengatakan bahwa ada beberapa laporan media bahwa Australia sedang mempersiapkan perang di Semenanjung Korea dengan alasan latihan militer bersama dengan Amerika.

"Jika Australia terus mengikuti Amerika Serikat dalam memberlakukan tekanan militer, ekonomi dan diplomatik terhadap Korea Utara meskipun kami berulang kali memperingatkan, mereka tidak akan dapat menghindari bencana," tegas laporan tersebut, seperti yang dilansir Yonhap pada 15 Oktober 2017.




Credit  TEMPO.CO


Sebut Penjahat, PM Australia Ajak Pemimpin Dunia Menindak Korut


Sebut Penjahat, PM Australia Ajak Pemimpin Dunia Menindak Korut
Perdana Menteri (PM) Australia Malcolm Turnbull. Foto/AAP/Paul Miller/via REUTERS


HONG KONG - Perdana Menteri (PM) Australia Malcolm Turnbull mengajak para pemimpin dunia menindak tegas Korea Utara (Korut). Turnbull menyebut rezim yang dipimpin Kim Jong-un itu sebagai “penjahat”.

Seruan PM Turbull itu disampaikan saat berada di Hong Kong dalam rangkaian lawatan Asia-nya. Kunjungan ke Hong Kong merupakan yang pertama kali oleh pemimpin Australia dalam lebih dari 30 tahun terakhir.

Lawatan PM Australia itu berlanjut dengan menghadiri konferensi di Vietnam dan Filipina. Saat bertemu dengan regulator keuangan senior Hong Kong, Turnbul menekankan pentingnya menghentikan Pyongyang si “penjahat licik dan canggih” dalam memanfaatkan pelabuhan dan pasarnya.

Turnbull mendesak regulator tersebut untuk memastikan bahwa “organisasi teroris, rezim kriminal seperti Korea Utara” tidak dapat menyalahgunakan kota Hong Kong guna  mendanai program rudal Pyongyang.

”Apakah itu senjata, apakah itu kejahatan siber, apakah itu obat terlarang, mereka terus mencari dana untuk membiayai program nuklirnya,” kata Turnbull kepada wartawan sebelum pertemuan tersebut, seperti dikutip news.com.au, Senin (13/11/2017).

”Sangat penting bahwa semua sanksi finansial, sanksi ekonomi, yang diberlakukan oleh Dewan Keamanan PBB diberlakukan,” ujar PM Turnbull.

Turnbull pernah mengangkat isu kekhawatiran Australia tentang “erosi otonomi” Hong Kong selama beberapa kali dalam kunjungan singkat ke wilayah China. Hong Kong sempat jadi sorotan dunia setelah terjadi tindakan keras aparat terhadap politisi dan aktivis pro-demokrasi.

Dia kembali mengangkat masalah itu ketika bertemu regulator keuangan dan pemimpin Hong Kong Carrie Lam.

”Saya berbicara pagi ini tentang 'satu negara-dua sistem', peraturan hukum, peradilan yang independen dan peraturan transparan yang kuat di Hong Kong,” katanya.

”Itu adalah salah satu alasan utama mengapa Hong Kong terus menjadi salah satu pusat keuangan terpenting di dunia.”

Turnbull akan mendorong Beijing untuk membiarkan otonomi ini berlanjut saat bertemu dengan Perdana Menteri China Li Keqiang awal pekan ini.





Credit  sindonews.com