Rabu, 08 November 2017

Assad Indikasikan Perang Lawan Milisi Kubu AS


Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.
Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.


CB, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, tentara Suriah dan sekutunya akan terus berperang meski pertempuran telah dinyatakan berakhir di Provinsi Deir al-Zor. Wilayah ini merupakan kubu penting terakhir yang dikuasai militan ISIS.

Dia juga mengindikasikan akan berperang melawan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS, yang mengendalikan lebih dari seperempat wilayah Suriah. Menurutnya perang kali ini menargetkan pihak yang berusaha memecah belah dan melemahkan negara.

"Kemenangan melawan organisasi teroris, yang dimulai di Aleppo dan tidak berakhir di Deir al-Zor, membentuk sebuah serangan yang akan menggagalkan proyek partisi dan menggagalkan tujuan teroris," ujar kantor Assad mengutipnya.

Pernyataannya ini disampaikan setelah ia melakukan pertemuan dengan penasihat kebijakan luar negeri untuk Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Ali Akbar Velayati, pada Selasa (7/11). Assad menganggap semua kelompok yang berperang melawan negara Suriah sebagai kelompok teroris.

Pada Jumat (3/11), Velayati mengatakan pasukan tentara Suriah akan segera maju untuk merebut Kota Raqqa dari SDF. Ia menuduh AS berusaha membagi Suriah dengan menempatkan pasukannya di timur Sungai Efrat.

"Kami akan menyaksikan dalam waktu dekat kemajuan pemerintah dan pasukan populer di Suriah dan di timur sungai Efrat, serta pembebasan Kota Raqqa," kata Velayati.

Tentara Suriah, dengan bantuan Rusia dan Iran, telah melancarkan serangan terhadap ISIS di Provinsi Deir al-Zor bagian timur. Serangan sebagian besar dilakukan di tepi barat Sungai Efrat.

SDF, aliansi milisi Kurdi dan Arab, juga memerangi militan ISIS di Deir al-Zor. Didukung oleh serangan udara dan pasukan khusus yang dipimpin AS, SDF berfokus pada wilayah timur sungai, yang membelah dua provinsi kaya minyak itu.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID



Usai Rebut Deir al-Zor, Assad Ancam Perangi Pasukan Kurdi


Usai Rebut Deir al-Zor, Assad Ancam Perangi Pasukan Kurdi
Presiden Suriah Bashar al-Assad. Foto/Istimewa


DAMASKUS - Tentara Suriah dan sekutunya akan terus berperang di Suriah setelah pertempuran berakhir di provinsi Deir al-Zor, di mana markas penting terakhir ISIS berada. Hal itu ditegaskan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Assad juga mengindikasikan bahwa dia mungkin akan memerangi Pasukan Demokratik Suriah yang didukung Amerika Serikat (AS) yang mengendalikan lebih dari seperempat wilayah Suriah. Assad mengatakan bahwa perang tersebut menargetkan mereka yang berusaha untuk membagi dan melemahkan negara.

Komentarnya muncul setelah pertemuan dengan Ali Akbar Velayati, penasihat kebijakan luar negeri untuk Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

"Kemenangan melawan organisasi teroris, yang dimulai di Aleppo dan tidak berakhir di Deir al-Zor, membentuk sebuah serangan kritis yang menggagalkan proyek partisi dan sasaran teroris," kata kantor Assad seperti disitir dari Reuters, Rabu (8/11/2017).

Assad menganggap semua kelompok yang berperang melawan negara Suriah sebagai kelompok teroris.

Tentara Suriah, dengan kekuatan udara Rusia dan milisi yang didukung Iran, melancarkan serangan terhadap ISIS di provinsi Deir al-Zor, sebelah timur, sebagian besar di tepi barat Sungai Eufrat.

SDF, sebuah aliansi milisi Kurdi dan Arab, juga memerangi militan ISIS di Deir al-Zor. Didukung oleh serangan udara yang dipimpin AS dan pasukan khusus, SDF telah berfokus pada wilayah timur sungai, yang memisahkah provinsi kaya minyak ini.

Velayati pada hari Jumat mengatakan pasukan tentara Suriah akan segera maju untuk merebut kota Raqqa dari SDF. Velayati juga menuduh AS berusaha untuk membagi Suriah dengan menempatkan pasukannya di timur Sungai Efrat.

"Kami akan menyaksikan dalam waktu dekat kemajuan pemerintah dan pasukan populer di Suriah dan timur sungai Efrat, dan pembebasan kota Raqqa," katanya dalam komentar di televisi mengenai kunjungan ke Beirut.



Credit  sindonews.com


Penasehat Assad Sebut Tentara AS dan Turki Pasukan Ilegal


Penasehat Assad Sebut Tentara AS dan Turki Pasukan Ilegal
Suriah menyebut pasukan Turki ilegal. Foto/Istimewa


DAMASKUS - Pasukan Amerika Serikat (AS) dan Turki adalah pasukan penyerbu ilegal di wilayah Suriah dan Suriah akan berurusan dengan mereka. Hal tersebut dikatakan oleh penasihat utama Presiden Bashar al-Assad.

Bouthaina Shaaban juga mengatakan dalam bahwa Damaskus tidak akan menyerah di kota Raqqa di utara. Kota tersebut dibebaskan dari ISIS bulan lalu oleh Pasukan Demokratik Suriah yang didukung oleh Kurdi (SDF).

"Turki saat ini adalah negara penjajah, pasukannya di tanah kita ilegal, sama seperti pasukan Amerika berada di tanah kita secara tidak sah," katanya seperti dinukil dari Reuters, Rabu (8/11/2017).

"Kami akan menangani masalah ini karena kita berurusan dengan kekuatan penyerbuan ilegal di tanah kita," sambungnya, tanpa menjelaskan lebih jauh.

Pasukan Assad, dibantu oleh kekuatan udara Rusia dan milisi yang didukung oleh Iran, telah berhasil membangun kembali kendali atas sebagian besar Suriah selama dua tahun terakhir.

AS dan Turki mendukung berbagai kelompok pejuang yang menentang Assad dan ISIS. Turki bahkan telah mulai mendirikan titik pengamatan di provinsi Idlib di Suriah barat laut di bawah kesepakatan dengan sekutu Assad, Rusia dan Iran.

Sedangkan koalisi yang dipimpin AS yang berjuang melawan ISIS di Suriah telah berulang kali mengatakan bahwa pihaknya tidak berusaha untuk melawan pasukan Assad, meskipun Washington dan Ankara sama-sama menginginkan presiden tersebut untuk mengundurkan diri.

SDF mengatakan Raqqa akan menjadi bagian dari "Suriah federal" yang terdesentralisasi dan berharap untuk sebuah fase baru perundingan yang akan menopang otonomi Kurdi di Suriah utara. Namun Jumat lalu seorang pejabat senior Iran mengatakan bahwa pasukan pemerintah Suriah akan segera bertindak untuk mengambil kota.

"Semuanya terserah orang-orang Suriah dan diskusi antara orang-orang Suriah, dan tidak ada diskusi mengenai pembagian atau pemotongan bagian dari negara atau federalisme," tegas Shaaban.

Ia menambahkan bahwa apa yang terjadi di Kurdistan Irak harus menjadi pelajaran bagi SDF, merujuk pada pemimpin Kurdi Irak yang mendapat pukulan besar ketika pemerintah pusat di Baghdad - yang didukung oleh Iran dan Turki - membalas tindakan mereka karena mengadakan referendum kemerdekaan.

Shaaban juga mengatakan komentar oleh menteri luar negeri Suriah pada bulan September, ketika dia mengatakan bahwa Damaskus terbuka untuk negosiasi dengan Kurdi atas permintaan otonomi mereka di dalam perbatasan Suriah, telah disalahartikan. 

"Saya tidak berpikir ada pemerintah yang bisa berdiskusi dengan kelompok mana pun mengenai topik persatuan negara tersebut," katanya.

Sebelumnya pada hari Selasa, Assad mengatakan bahwa tentara dan sekutu-sekutunya akan terus berperang di Suriah setelah negara tersebut telah mendorong militan ISIS dari markas penting terakhir mereka di negara tersebut, di provinsi Deir al-Zor.

Dia juga mengindikasikan bahwa dia mungkin akan membawa perang ke SDF, yang menguasai lebih dari seperempat wilayah Suriah, dengan mengatakan perang harus menargetkan mereka yang berusaha untuk "membagi dan melemahkan negara".




Credit  sindonews.com