Kamis, 17 Desember 2015

Soal ISIS, Kementerian Luar Negeri tidak merasa ditipu Arab Saudi


Soal ISIS, Kementerian Luar Negeri tidak merasa ditipu Arab Saudi
Dokumentasi seorang pria bertopeng yang terkait dengan Anonymous memberikan pernyataan di foto dari video yang dirilis Senin (16/11). Peretas Anonymous secara kolektif menyiapkan gelombang serangan dunia maya kepada ISIS setelah serangan Paris minggu lalu yang menewaskan 129 orang, hal itu dinyatakan dalam video yang diposting online. (REUTERS/Social Media Website via Reuters).
... kami sedikit terkejut dengan kenyataan bahwa koalisi tersebut cenderung sebagai aliansi militer...
Jakarta (CB) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, mengatakan, Pejambon (sebutan lain untuk Kantor Kementerian Luar Negeri) tidak merasa tertipu dengan permintaan Arab Saudi untuk bergabung dengan koalisi melawan ISIS.

"Memang kami sedikit terkejut dengan kenyataan koalisi tersebut cenderung sebagai aliansi militer, tapi kami harus pastikan setiap kebijakan yang diambil sesuai dengan komitmen Indonesia dalam pemberantasan terorisme," ujar Nasir, di Jakarta, Rabu.

Saat ditemui dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Luar Negeri, dia menjelaskan, mereka masih menunggu kerangka acuan kerja dan modalitas dari Arab Saudi selaku penggagas koalisi tersebut.

Menurut dia, melalui kedua hal itu, Indonesia bisa lebih mengetahui arah dan fokus dari tawaran kerja sama yang saat ini telah beranggotakan 34 negara-negara Islam di Asia, Afrika, dan Timur Tengah itu.

Pada Jumat pekan lalu Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubayr, mengajak pemerintah Indonesia untuk turut bergabung dalam koalisi demi menangkal bahaya terorisme dan radikalisme ISIS.

"Kita selalu tekankan kerangka acuan kerja dan modalitas untuk iIdonesia, kemarin yang diajukan Arab Saudi tidak disampaikan dengan jelas kemana arah, tujuan, serta fokusnya. Jika sudah melihat kerangkanya, lalu harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip negara kita," tukasnya.

Nasir menerangkan, pihaknya saat ini masih belum mengetahui secara jelas tujuan pembentukan koalisi tersebut dan menegaskan bahwa Indonesia tidak bisa berkomitmen dengan kerja sama internasional tanpa tahu arah kebijakannya.

"Faktanya harus dilihat, pernyataan resminya belum dibagikan ke kami tapi sudah ada 34 negara yang disebut bergabung dengan koalisi," tuturnya.

Lebih lanjut dia menilai bahwa segaal upaya untuk mengalahkan terorisme merupakan kewajiban semua pihak, namun ada koridor dan teknik tersendiri yang dapat dilakukan.

"Saya kira tidak ada negara yang tidak mendukung upaya itu, tapi masing-masing negara punya cara tersendiri untuk memberantas radikalisme dan terorisme," kata Nasir.

Credit  ANTARA News