Kamis, 10 Desember 2015

Persekutuan Gereja Indonesia Respons Ucapan Trump soal Muslim


Persekutuan Gereja Indonesia Respons Ucapan Trump soal Muslim  
Donald Trump membuat warga global marah karena ucapannya yang dinilai diskriminatif. (REUTERS/Jay LaPrete)
 
Jakarta, CB -- Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengecam bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, karena menyerukan larangan bagi umat Islam untuk masuk ke Amerika Serikat sampai kasus penembakan massal di San Bernardino yang menewaskan 14 orang rampung diselidiki.

“Pernyataan itu tidak bisa disetujui dan melanggar hak asasi manusia,” kata Kepala Humas PGI Jerry Sumampow di Jakarta, Kamis (10/12).

Jerry menganggap Trump sekadar berupaya menarik perhatian dan simpati publik di negaranya menjelang pemilihan presiden. Sayangnya, kata Jerry, hal itu tak sesuai sifat AS yang menganut sistem demokrasi terbuka.

"Yang harus kita catat adalah di negara yang menjunjung tinggi demokrasi seperti AS ternyata masih ada orang-orang yang berpikiran sektarian," ujar Jerry.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan sikap dan pikiran Trump begitu primitif meski dia tinggal di negara modern yang menjunjung demokrasi, hak asasi manusia, dan pluralitas.

“Trump mewakili elite ortodoks yang hidup di era global,” sindir Haedar.

Trump melontarkan usul kontroversialnya melarang muslim masuk AS itu menyusul penembakan di San Bernardino yang dilakukan oleh pasangan suami-istri muslim, Syed Rizwan Farook dan Tashfeen Malik. Farook lahir di AS, sedangkan Tashfeen lahir di Pakistan dan datang ke AS dari Arab Saudi.

“Kita tidak punya pilihan. Keadaannya semakin buruk saja. Kita akan mengalami lebih banyak peristiwa seperti tragedi World Trade Center,” kata Trump.

Ia juga menyebut para muslim radikal ingin membunuh orang-orang Amerika.

Ucapan Trump ini tak kurang mengundang komentar Gedung Putih yang menyebut pernyataan itu kasar, beracun, sehingga Trump pantas didiskualifikasi dari bursa calon presiden AS.


Credit  CNN Indonesia