MOSKOW
- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov meminta kepada penggagas
koalisi negara Islam melawan ISIS untuk menjelaskan format dari koalisi
tersebut. Penggagas koalisi, sekaligus yang menjadi pemimpin koalisi
tersebut adalah Arab Saudi.
"Kami telah mempelajari mengenai pembentukan koalisi tersebut dari media. Kami berharap penggagas proses ini segera memberikan informasi rinci," kata lavrov dalam sebuah pernyataan.
Dirinya menuturkan, Rusia akan menyambut baik dan mendukung semua koalisi yang bertujuan untuk mengalahkan kelompok teror. Namun, format dari koalisi tersebut harus jelas terlebih dahulu.
"Posisi kami adalah, bahwa semua harus membuat kontribusi mereka, baik dalam upaya anti-teroris dan dalam mempromosikan proses politik. Tapi kami lebih suka melakukannya dalam format kolektif," sambung Lavrov, seperti dilansir Itar-tass pada Rabu (16/12).
"Format yang dibentuk berdasarkan perjanjian Wina dan yang melibatkan semua pemain kunci yang memiliki pengaruh terhadap isu ini, atau yang memiliki pengaruh pada kedua kelompok yang bertikai di Suriah. Format yang telah disetujui oleh Dewan Keamanan PBB dalam resolusi baru-baru ini," imbuhnya.
Sejauh ini Saudi belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai format yang akan dipakai dalam koalisi tersebut. Selain itu, bukan hanya Rusia yang meminta penjelasan mengenai hal ini, Indonesia sebagai pihak yang pernah ditawarkan Saudi untuk bergaung dengan koalisi juga turut menanti rincian format itu.
"Kami telah mempelajari mengenai pembentukan koalisi tersebut dari media. Kami berharap penggagas proses ini segera memberikan informasi rinci," kata lavrov dalam sebuah pernyataan.
Dirinya menuturkan, Rusia akan menyambut baik dan mendukung semua koalisi yang bertujuan untuk mengalahkan kelompok teror. Namun, format dari koalisi tersebut harus jelas terlebih dahulu.
"Posisi kami adalah, bahwa semua harus membuat kontribusi mereka, baik dalam upaya anti-teroris dan dalam mempromosikan proses politik. Tapi kami lebih suka melakukannya dalam format kolektif," sambung Lavrov, seperti dilansir Itar-tass pada Rabu (16/12).
"Format yang dibentuk berdasarkan perjanjian Wina dan yang melibatkan semua pemain kunci yang memiliki pengaruh terhadap isu ini, atau yang memiliki pengaruh pada kedua kelompok yang bertikai di Suriah. Format yang telah disetujui oleh Dewan Keamanan PBB dalam resolusi baru-baru ini," imbuhnya.
Sejauh ini Saudi belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai format yang akan dipakai dalam koalisi tersebut. Selain itu, bukan hanya Rusia yang meminta penjelasan mengenai hal ini, Indonesia sebagai pihak yang pernah ditawarkan Saudi untuk bergaung dengan koalisi juga turut menanti rincian format itu.
Credit Sindonews