Senin, 02 November 2015

Rudal Berkecepatan Suara China Ancam Kapal Perang AS


Rudal Berkecepatan Suara China Ancam Kapal Perang AS Ilustrasi (Reuters TV)
 
Jakarta, CB -- Perang urat syaraf antara China dan Amerika Serikat di laut sengketa bisa berbuah konflik bersenjata apabila ketegangan semakin memuncak. Jika hal ini terjadi, rudal China yang berkecepatan suara bisa sangat mengancam kapal perang AS.

Hal ini terangkum dalam laporan Komisi Peninjauan Keamanan dan Ekonomi AS-China yang disampaikan pada 28 Oktober lalu, seperti dikutip Straits Times, Minggu (1/11).


Laporan tersebut mengetengahkan ancaman dari kapal selam China yang dipersenjatai oleh rudal supersonik YJ-18.

Lebih rinci laporan itu menjabarkan, rudal YJ-18 milik China bisa meluncur hampir 1.000 kilometer per jam, atau sedikit di bawah kecepatan suara, terbang beberapa meter di atas permukaan laut.

Jika target ada di jarak 20 mil laut, rudal ini bisa meningkatkan kecepatan hingga tiga kali kecepatan suara, sehingga sulit diantisipasi oleh senjata penangkis.

"Kecepatan supersonik membuatnya sulit ditembak dengan senjata di atas dek. Rudal ini juga target yang terlalu cepat bagi radar," kata Larry Wortzel, anggota Komisi Peninjauan Keamanan dan Ekonomi AS-China.

Laporan ini muncul selang beberapa hari setelah kapal perang AS USS Lassen memasuki wilayah 12 mil laut dari terumbu karang di Laut China Selatan yang diklaim Beijing. Langkah AS menuai protes dan kecaman dari pemerintahan Xi Jinping yang menganggapnya sebagai provokasi.

AS berdalih, manuver tersebut sebagai bentuk upaya menegakkan kebebasan navigasi di perairan internasional Laut China Selatan. Wilayah Kepulauan Spratly yang diklaim China, Vietnam dan Filipina itu diyakini kaya minyak dan gas.

China dikecam karena melakukan reklamasi daratan di wilayah tersebut, membangun landasan pacu dan pelabuhan, ditengarai sebagai pangkalan militer.

Wortzel mengatakan, rudal YJ-18 sangat ampuh digunakan China untuk mengusir kapal-kapal perang yang mencoba mendekati pulau-pulau buatan tersebut.
Credit  CNN Indonesia