Presiden Amerika Serikat, Barack
Obama, menilai strategi penurunan pasukan untuk mengalahkan ISIS adalah
sebuah kesalahan. (Reuters/Kevin Lamarque)
Berbicara usai pertemuan KTT G20 di Antalya, Turki, Senin (16/11), Obama mengatakan bahwa strategi penurunan pasukan untuk mengalahkan ISIS adalah sebuah kesalahan. Invasi AS ke Irak sendiri yang dilandasi laporan intelijen palsu soal senjata pemusnah massal milik Saddam Hussein masih menyisakan masalah hingga saat ini, di antarnya muncul kelompok perlawanan bersenjata, yang bisa disebut menjadi cikal bakal ISIS.
"Bukan karena kami tidak bisa menguasai Mosul, Raqqa atau Ramadi, tapi kita akan melihat pengulangan atas kesalahan yang sama. Jika tidak ada masyarakat lokal yang menolak ideologi ekstrem, maka (penurunan pasukan) akan menjadi okupasi yang permanen," lanjut dia.
Selain itu, kata Obama, dengan menurunkan pasukan seperti yang dilakukan Bush terhadap Irak berarti AS telah memperlakukan ISIS sebagai sebuah negara yang harus diinvasi. Sedangkan negara-negara di seluruh dunia tidak mengakui klaim Abu Bakar al-Baghdadi yang mendeklarasikan kekhalifahan ISIS.
"ISIS bukanlah musuh tradisional militer yang bisa dikalahkan dengan mengambilalih wilayah mereka. Penurunan pasukan tidak mengatasi masalah, tapi kita harus menghapuskan pengaruh mereka," lanjut Obama.
AS, menurutnya, memiliki cara lain untuk mengatasi ISIS, paling gencar adalah serangan udara.
"Hingga saat ini tidak kurang dari 8.000 serangan udara dilakukan, menewaskan komandan ISIS, sehingga kelompok ini bisa dipukul mundur di Sinjar, Ramadi dan Suriah. Kami juga memukul mundur ISIS di perbatasan dengan Turki dan kami mendukung kekuatan oposisi di Raqqa," lanjut Obama.
Strategi AS juga meliputi pelatihan bagi kelompok bersenjata moderat yang menjadi rival ISIS dan pasukan Bashar al-Assad di Suriah. Pelatihan juga diberikan pada tentara Irak. Serangan udara AS juga memutus jalur pasokan ISIS sehingga mengurangi kemampuan finansial kelompok bersenjata itu.
Di ranah diplomatik, AS mendorong transisi pemerintahan Suriah demi melemahkan kekuatan ISIS di negara itu sekaligus mengakhiri konflik bersenjata. Kesepakatan soal transisi kepemimpinan diperoleh di Wina dalam perundingan para diplomat Barat dengan Rusia dan Iran pekan lalu.
Credit CNN Indonesia