Selasa, 17 November 2015

Obama Akui AS Kecolongan Atas Teror di Paris


Obama Akui AS Kecolongan Atas Teror di Paris Presiden AS Barack Obama dalam jumpa pers di KTT G20, Antalnya, Turki (16/11/2015). (REUTERS/Jonathan Ernst)
 
 
Antalya, CB -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengaku kecolongan atas serangan teroris di Paris, Perancis, yang menewaskan 129 orang dan melukai 300 lainnya. Padahal, menurutnya kerja intelijen mengawasi individu yang berisiko sudah dilakukan setiap hari.

Berbicara usai penutupan KTT G20 di Antalya, Turki, Obama mengatakan serangan yang terjadi di Paris adalah salah satu yang tidak diantisipasi oleh intelijen. Informasi intelijen Barat sejauh ini sama sekali tidak menangkap adanya gelagat serangan di jantung ibukota Perancis Jumat pekan lalu.

"Setiap hari kami mendapatkan laporan dari intelijen, berisikan soal keamanan nasional. Kami mendiskusikan banyak ancaman dan soal rencana serangan ISIS di Barat. Hal ini sudah dilakukan selama setahun, tapi tidak ada spesifik informasi serangan yang bisa kami berikan kepada kepolisian Perancis agar mereka waspada," kata Obama, Senin (16/11).

Serangan di Paris merupakan yang terbesar terjadi di Eropa sejak pengeboman kereta Madrid, Spanyol, yang menewaskan 191 orang pada 2004. Dalam serangan yang terjadi pada Jumat, (13/11), delapan orang tersangka melakukan penembakan dan pengeboman di enam lokasi berbeda di jantung kota Paris.
Serangan terparah terjadi di acara konser musik di La Bataclan, menewaskan 87 orang. Peristiwa itu memicu kepanikan dari 1.500 pengunjung yang langsung berlarian. Insiden lainnya adalah pengeboman bunuh diri pertama di Paris, terjadi dekat stadion sepak bola saat berlangsung pertandingan antara Perancis dan Jerman, disaksikan oleh Presiden Francois Hollande. Akibat peristiwa ini, Hollande diamankan dan pengunjung stadion dievakuasi.

Kelompok ISIS yang menguasai sebagian Irak dan Suriah mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut dalam sebuah surat yang dirilis di internet. Mereka mengatakan bahwa serangan ini adalah pembalasan dendam atas gempuran udara koalisi Barat yang mengincar markas mereka.

Ini adalah aksi teror kedua yang terjadi di Perancis dalam dua tahun terakhir. sebelumnya Januari lalu, terjadi penembakan di kantor majalah satire Charlie Hebdo, menewaskan 12 orang dan melukai 11 lainnya.


Obama mengatakan intelijen AS sama sekali tidak menerima laporan kecurigaan akan dilakukannya serangan di Paris pekan lalu. Dia menjelaskan, setiap laporan intelijen biasanya diperlakukan dengan sangat hati-hati, melibatkan evaluasi untuk memastikan informasi itu terpercaya.

"Tapi kami tidak menyadari adanya serangan spesifik yang terjadi di Paris," kata dia.

Menyusul serangan itu, lanjut Obama, AS akan meningkatkan kerja sama intelijen dengan Perancis. "Kami menyepakati perjanjian baru, yaitu berbagi informasi intelijen lebih cepat dengan Perancis," kata Obama.

Credit  CNN Indonesia