Presiden AS Barack Obama dalam jumpa pers di KTT G20, Antalnya, Turki (16/11/2015). (REUTERS/Jonathan Ernst)
Berbicara usai penutupan KTT G20 di Antalya, Turki, Obama mengatakan serangan yang terjadi di Paris adalah salah satu yang tidak diantisipasi oleh intelijen. Informasi intelijen Barat sejauh ini sama sekali tidak menangkap adanya gelagat serangan di jantung ibukota Perancis Jumat pekan lalu.
"Setiap hari kami mendapatkan laporan dari intelijen, berisikan soal keamanan nasional. Kami mendiskusikan banyak ancaman dan soal rencana serangan ISIS di Barat. Hal ini sudah dilakukan selama setahun, tapi tidak ada spesifik informasi serangan yang bisa kami berikan kepada kepolisian Perancis agar mereka waspada," kata Obama, Senin (16/11).
Serangan di Paris merupakan yang terbesar terjadi di Eropa sejak pengeboman kereta Madrid, Spanyol, yang menewaskan 191 orang pada 2004. Dalam serangan yang terjadi pada Jumat, (13/11), delapan orang tersangka melakukan penembakan dan pengeboman di enam lokasi berbeda di jantung kota Paris.
Kelompok ISIS yang menguasai sebagian Irak dan Suriah mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut dalam sebuah surat yang dirilis di internet. Mereka mengatakan bahwa serangan ini adalah pembalasan dendam atas gempuran udara koalisi Barat yang mengincar markas mereka.
Ini adalah aksi teror kedua yang terjadi di Perancis dalam dua tahun terakhir. sebelumnya Januari lalu, terjadi penembakan di kantor majalah satire Charlie Hebdo, menewaskan 12 orang dan melukai 11 lainnya.
"Tapi kami tidak menyadari adanya serangan spesifik yang terjadi di Paris," kata dia.
Menyusul serangan itu, lanjut Obama, AS akan meningkatkan kerja sama intelijen dengan Perancis. "Kami menyepakati perjanjian baru, yaitu berbagi informasi intelijen lebih cepat dengan Perancis," kata Obama.
Credit CNN Indonesia