Jumat, 06 November 2015

Intelijen Temukan Indikasi Bom Dibawa Masuk ke Pesawat Rusia


Intelijen Temukan Indikasi Bom Dibawa Masuk ke Pesawat Rusia Ilustrasi pesawat Rusia 
 
 
Jakarta, CB -- Informasi hasil intersepsi mata-mata Amerika Serikat dan Inggris mengindikasikan bahwa sebuah bom kemungkinan dibawa ke dalam pesawat Rusia sebelum armada tersebut mengalami kecelakaan di Mesir pada Sabtu lalu.

Harian The Times edisi Jumat (6/11) memberitakan bahwa informasi ini terkuak setelah operasi intelijen AS dan Inggris mengggunakan satelit untuk membongkar jalur komunikasi elektronik antara militan ISIS di Suriah dan Mesir.

"Nada dan konten pesan itu meyakinkan analisis bahwa sebuiah bom dibawa ke pesawat oleh seorang penumpang atau anggota staf darat," demikian bunyi pemberitaan The Times seperti dikutip Channel NewsAsia.

Namun, seorang juru bicara dari Perdana Menteri Inggris, David Cameron, enggan berkomentar mengenai laporan ini. "Kami tidak akan merinci urusan intelijen," kata jubir tersebut.

Sebelumnya, pemerintah Inggris dan AS mengatakan bahwa memang ada kemungkinan bahwa penyebab kecelakaan pesawat yang menewaskan 224 tersebut adalah ledakan.

Pada Kamis (5/11), Inggris mengatakan bahwa ada kemungkinan signifikan bahwa kelompok yang berafiliasi dengan ISIS merupakan dalang di balik dugaan serangan terhadap maskapai Kogalymavia tersebut.

“Militan ISIL (ISIS) Sinai mengklaim bertanggung jawab menjatuhkan pesawat Rusia, mereka melakukannya langsung setelah kecelakaan,” ujar Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond, dikutip dari Reuters.

Tak lama setelah kecelakaan terjadi, ISIS memang langsung mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab. Namun, klaim tersebut langsung ditampik oleh Rusia dan Mesir.

Penyebab jatuhnya pesawat pun sempat mengerucut pada kesalahan dalam armada. Beberapa ahli mengungkapkan kemungkinan besar pesawat pecah di udara, terpantau dari karakteristik sebaran puing yang berada hingga radius 20 kilometer persegi di Sinai.

Pada Selasa (3/11), muncul spekulasi baru bahwa pesawat Airbus A321 tersebut dibom. Spekulasi berdasar pada keterangan intelijen Amerika Serikat yang mengatakan bahwa satelit mata-mata mereka menangkap kilatan panas di Semenanjung Sinai bersamaan dengan jatuhnya pesawat tersebut.

Saat ini, kotak hitam pesawat tengah diselidiki oleh tim gabungan Rusia dan Mesir dibantu ahli Irlandia—tempat pesawat didaftarkan, dan penyelidik dari perusahaan Airbus di Jerman dan Perancis.

Hingga kini, belum ada kesimpulan penyebab kecelakaan. Pejabat Rusia mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui mengapa pesawat itu jatuh.

Namun, jika memang pesawat tersebut mengalami kecelakaan karena serangan teroris, Rusia mengaku siap melawan.

"Investigasi belum selesai, tapi kalau memang itu aksi teroris, Rusia akan melawan dengan persetujuan pemerintah Mesir," ujar Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, dalam jumpa pers di kediamannya di Jakarta, Kamis (5/10).

Kendati demikian, Galuzin menegaskan bahwa Rusia tidak akan asal melancarkan serangan ke negara lain. Rusia akan menggempur teroris jika memang diminta oleh pemerintah Mesir.

"Kami siap melawan teroris di wilayah manapun. Jika kami diundang pemerintah Mesir untuk bantu melawan terorisme, kami siap. Namun, kami adalah negara yang sopan. Kami tidak akan datang ke tempat di mana kami tidak diundang," tutur Galuzin.

Namun, Galuzin kembali menegaskan bahwa pemerintah Rusia akan menunggu hasil penyelidikan resmi dan tak ingin berspekulasi.



Credit  CNN Indonesia