Kamis, 16 April 2015

Jet Militer Tanpa Identifikasi Bahayakan Pesawat Sipil



Jet Militer Tanpa Identifikasi Bahayakan Pesawat Sipil  
Banyak ditemukan jet militer yang tidak melaporkan rencana terbangnya kepada pengatur lalu lintas udara komersial. (Ilustrasi/Reuters/Norwegian NATO)
 
 
Jakarta, CB -- Badan Keamanan Penerbangan Eropa (EASA) pada Selasa (14/4) menyatakan bahwa jet militer yang melintas di langit Eropa tanpa melakukan identifikasi diri dapat membahayakan pesawat penerbangan sipil.

Pernyataan ini dikemukakan menyusul investigasi yang dilakukan oleh EASA atas permintaan Komunitas Eropa setelah menerima laporan bahwa jet militer Rusia yang terbang tanpa identifikasi elektronik hampir menabrak pesawat komersial.

Seperti dilansir Reuters, Rusia tengah meningkatkan patrolinya di Eropa. NATO merespons hal tersebut dengan menerbangkan lebih banyak pesawat tempur untuk mengawasi langit Baltic guna menghindari meningkatnya ketegangan di tengah krisis Ukraina.

Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa insiden keselamatan yang melibatkan pesawat komersial di udara, terutama di atas Laut Baltic, mengalami peningkatan signifikan pada 2014.

"Risiko terhadap penerbangan sipil sangat tinggi dan itu berarti upaya mitigasi untuk mengurangi risiko tersebut harus dilakukan," demikian kutipan laporan tersebut.

EASA juga menyinggung peningkatan signifikan jumlah aktivitas militer tidak kooperatif di atas Laut Baltic selama beberapa tahun belakangan. Pesawat-pesawat tak kooperatif tersebut tidak melaporkan rencana penerbangan atau berkomunikasi dengan pengatur lalu lintas udara komersial, bahkan mematikan alat identifikasi elektroniknya.

Secara keseluruhan, ada 13 insiden udara di Baltic pada 2014 akibat dua pesawat terbang sangat berdekatan sehingga membahayakan keselamatan. Angka tersebut melonjak dari tahun 2013 yang hanya mencapai lima insiden.

Sebagian besar insiden tersebut melibatkan pesawat militer yang tidak mengomunikasikan rencana terbangnya.

Selain di Baltic, beberapa negara anggota Uni Eropa melaporkan peningkatan penerbangan militer rahasia di Atlantic, Laut Hitam, dan Laut Aegean. EASA mendorong pemerintah untuk mengharmoniskan dan mematuhi ketentuan operasi bagi angkatan udaranya guna memastikan bahwa pasukan militer memperhatikan pesawat komerisial.

Insiden udara ini tak pelak menyebabkan meningkatnya ketegangan di antara beberapa negara. Pada Desember lalu, otoritas Swedia melaporkan bahwa jet militer Rusia hampir menabrak pesawat komersial di selatan Swedia. NATO pun mengecam Rusia lantaran menebar bahaya bagi penerbangan komersial di wilayah Baltic. Namun, Moskow berkeras bahwa jet mereka berada di jarak aman.

Ketegangan juga terjadi antara Barat dan Timur ketika pesawat Malaysian Airlines MH17 ditembak jatuh dari langit di timur Ukraina pada Juli lalu. Para ahli penerbangan dari Barat mengatakan bahwa kemungkinan pesawat tersebut terkena tembakan rudal yang ditembakkan dari wilayah separatis pro-Rusia. 


Credit  CNN Indonesia