Selasa, 14 November 2017

Prancis: Kebijakan Non-Interfensi Iran di Libanon Penting bagi Kawasan




Prancis: Kebijakan Non-Interfensi Iran di Libanon Penting bagi Kawasan
Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan, faktor penting bagi terciptanya stabilitas di kawasan adalah Iran tidak mencampuri urusan dalam negeri Libanon. Foto/Istimewa



PARIS - Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan, faktor penting bagi terciptanya stabilitas di kawasan adalah Iran tidak mencampuri urusan dalam negeri Libanon. Iran, melalui Hizbullah dituding telah turut campur dalam pemerintahan Libanon.

"Kami berharap agar semua pihak yang memiliki pengaruh di Libanon mengizinkan semua aktor politik di negara ini melaksanakan sepenuhnya tanggung jawab mereka," kata juru bicara Kemlu Prancis, Agnes Romatet-Espagne.

"Saad al-Hariri meminta Iran untuk tidak ikut campur dalam urusan Libanon dan tetangganya. Kami percaya bahwa ini adalah kondisi penting bagi stabilitas kawasan ini," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (13/11).

Iran sendiri sebelumnya telah menegaskan, mereka tidak pernah melakukan intervensi terhadap kebijakan dalam negeri Libanon. Teheran kemudian menyambut recana Hariri untuk kembali ke Beirut dalam waktu dekat.

"Ucapan Hariri pada hari Minggu memberi harapan kecil kemungkinan kembalinya dia ke Libanon. Iran tidak ikut campur dalam urusan Libanon," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qasemi. 



Credit  sindonews.com



Iran Tegaskan Tidak Lakukan Intervensi di Libanon



Iran Tegaskan Tidak Lakukan Intervensi di Libanon
Iran menegaskan, mereka tidak pernah melakukan intervensi terhadap kebijakan dalam negeri Libanon. Foto/Istimewa



TEHERAN - Iran menegaskan, mereka tidak pernah melakukan intervensi terhadap kebijakan dalam negeri Libanon. Teheran kemudian menyambut recana mantan Perdana Menteri Libanon Said Hariri untuk kembali ke Beirut dalam waktu dekat.

"Ucapan Hariri pada hari Minggu memberi harapan kecil kemungkinan kembalinya dia ke Libanon. Iran tidak ikut campur dalam urusan Libanon," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qasemi, seperti dilansir Reuters pada Minggu (13/11).

Seperti diketahui, salah satu alasan Hariri mundur dari jabatannya saat ini adalah karena dia merasa Iran, melalui Hizbullah, telah terlalu turut campur tangan dalam pemerintahan Libanon. Selain itu, Hariri juga menyebut ada rencana pembunuhan terhadap dirinya.

Terkait dengan kondisinya di Saudi, Hariri  membantah kabar yang menyebut dia ditahan pihak berwenang di Arab Saudi. Dia berjanji untuk segera pulang ke Beirut untuk menegaskan keputusan pengunduran dirinya.

”Di sini, di Kerajaan Arab Saudi, saya bebas, saya memiliki kebebasan penuh. Tapi, saya juga ingin menjaga keluarga saya. Saya tidak berbicara tentang bulan, saya hanya berbicara tentang hari dan saya akan kembali ke Libanon," ucap Hariri.

Sementara itu, Presiden Lebanon Michel Aoun telah menolak untuk menerima pengunduran diri Hariri, kecuali jika Hariri menyatakan pengunduran diri tersebut secara langsung kepada dirinya.




Credit  sindonews.com


Uni Eropa Desak Hariri Kembali ke Lebanon


Mantan Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri.
Mantan Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri.


CB, BRUSSELS -- Uni Eropa mendesak mantan perdana menteri Lebanon Saad Al-Hariri kembali ke tanah airnya. Mereka menyerukan kepada semua kekuatan politik di dalam negeri untuk fokus pada agenda domestik dan memperingatkan Arab Saudi tidak turut campur dalam persoalan dalam negeri Lebanon.
Diplomat Utama Uni Eropa, Federica Mogherini menuturkan mengajukan banding pertama-tama kepada kekuatan politik, untuk fokus pada Lebanon.
 
"Dan juga apa yang dapat mereka berikan kepada warganya, kembali ke Libanon, dan pemerintah persatuan, dan fokus pada pencapaian domestik," kata dia seperti dilansir dari Reuters, Selasa (14/11).
 
Federica mengungkapkan, pihaknya tidak mengharapkan adanya campur tangan dari luar terhadap persoalan agenda nasional. "Kami percaya penting tidak masuk ke dalam konflik regional Lebanon," ujarnya.
 
Pengunduran diri Hariri diumumkan dari Riyadh, dan akibatnya membuat Lebanon berada di garis depan persaingan regional antara Iran yang dipimpin Syiah dan Arab Saudi Sunni dalam beberapa hari ini.
 
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian yang berbicara di sela-sela pertemuan menteri di Brussels, juga meminta negara-negara lain untuk tidak ikut campur di Lebanon. "Kami disibukkan oleh situasi di Lebanon. Kami khawatir dengan stabilitasnya, kami khawatir dengan integritasnya, kami khawatir akan ada gangguan," katanya.
 
"Untuk mencapai solusi politik di Lebanon, semua tokoh politik harus memiliki kebebasan bergerak sepenuhnya," katanya. 






Credit  REPUBLIKA.CO.ID